Refleksi Hari Guru Nasional Di Tengah Pandemi Covid-19

Pagi buta, saat saya sedang menyiapkan berbagai keperluan yang akan dibawa ke sekolah, tiba-tiba hape berdering dengan ciri khas adanya pesan WhatsApp yang masuk ke hape.
Tak beberapa lama setelah beberes barang bawaan ke sekolah selesai, saya ambil hape dan coba cek isi pesan WhatsApp tersebut. Ternyata pesan itu anonim (tanpa nama pengirim, maklum sudah lama tidak komunikasi dengan siswa tersebut, jadi nomor hape tidak ada di hape). Wah, ternyata setelah saya tanya dengan siapa, ternyata dia adalah alumni (peserta didik) yang mengucapkan selamat hari guru kepada saya. Beginilah kata-kata yang tertulis di pesan WA tersebut:

Sebagai seorang guru yang juga pernah mengajar alumni tersebut, maka tentu saja ada rasa senang, sebab jasa dan nama saya “masih teringat” di dalam sanubari mereka. Rupanya masih banyak siswa yang baik dan masih peduli dengan jasa para bapak-ibu gurunya dulu. Walau hanya ungkapan berupa kata-kata, sudah pastinya rasa bahagia pasti ada.
Nama seorang guru selalu akan teringat sepanjang masa. Terlebih jika nama guru tersebut sangat berkesan dalam hidupnya. Seyogyanya siswa juga bisa tumbuh optimal karena berkat jasa para guru mereka dulu. Siswa yang baik tentu akan menyerap banyak ilmu dari orang lain termasuk guru-guru mereka. Mereka ini tidak akan melupakan jejak-jejak baik yang ditinggalkan guru yang sudah susah payah mencekoki banyak ilmu dan pengalaman (life story)
Bahkan, saya punya cerita dari teman sesama guru bahwa mereka yang alumni-alumni itu rela untuk mencari tahu kondisi guru-gurunya, berbagi kabar kesuksesan, keluarga, bahkan haru-biru dengan penuh rindu ingin bersua, melepas kerinduan setelah lama tidak saling sapa.
Ya, pada hari itu saya sadar bahwa hari guru telah terjadi hari itu (25 Oktober setiap tahunnya). Bahkan hari itu dimeriahkan dengan berbagai ucapan rasa syukur bisa diberi nikmat waktu untuk mendidik putera dan puteri bangsa tercinta.
Bahkan, di tengah wabah Covid-19, perjuangan guru dan termasuk orang tua untuk mendidik anak-anak menjadi generasi berkarakter terus tumbuh dan menyisahkan jejak-jejak waktu yang akan terkenang selamanya.
Pembelajaran daring di tengah wabah memberikan banyak pelajaran berarti bagi kami para dewan guru se-tanah air. Kami merasa bahwa tugas sebagai seorang guru tidaklah mudah. Menjaga sosok agar tampil maksimal saat pembelajaran penting diterapkan. Guru harus bisa menjadi motivator, suri tauladan serta penyegar suasana pikiran peserta didik yang gersang dan tandus, menjadikan rumput-rumput yang kering kembali meranggas.
Ya, mendidik putera/puteri bangsa penuh dengan tantangan. Setiap peserta didik/siswa memiliki jalan ceritanya masing-masing, setiap siswa ditakdirkan unik dan heterogen, ada siswa dari kalangan menengah bawah, menengah atas. Semua latarbelakang agama, suku, ras, sosial tidak kami pandang sebagai suatu masalah, namun kami jadikan sebagai pemersatu hati, pemersatu naluri, pemersatu tingkah laku untuk bangsa dan negara yang bermartabat, terbebas dari penjajahan karena warga negaranya menjadi cerdas.
Tantangan guru mengajar di saat pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bahwa belajar bisa dilakukan dimana saja, dengan siapa saja dan dengan media pembelajaran apa saja. Belajar tidak ada batasan usia dan waktu. Bahkan, mungkin banyak orang tua yang sebelum adanya pembelajaran daring hanya sibuk dengan rutinitas pekerjaan saja, kini saat pandemi mereka harus siap sedia meluangkan waktu untuk membantu anak-anak mereka belajar, baik di rumah dan pengawasan di sekolah.
Covid-19 mengajarkan orang tua untuk sabar dalam mendidik anak, melatih emosional orang tua agar lebih dekat dengan anak-anak mereka, memotivasi anak untuk tumbuh dan berkembang lebih baik lagi. Perhatian orang tua tentunya begitu penting untuk menciptakan anak-anak mereka menjadi pribadi yang lebih bagus dan unggul.
Bagi kami para dewan guru, covid-19 memberikan pelajaran penting bahwa guru harus melek dengan teknologi terkini. Sehingga kami para guru selalu terus diajak untuk meng-upgrade skill agar pembelajaran semakin penuh warna. Inovasi guru dalam pembelajaran daring selama pandemi dan new normal harus direkayasa dengan balutan inovasi yang disukai siswa. Semuanya butuh kerjasama antara guru, orang tua, dan juga siswa. Tanpa kerjasama dan rasa pengertian yang sama pula, maka pembelajaran daring akan semakin hambar, karena tidak ada rasa saling pengertian.
Refleksi hari guru di tengah pandemi ini juga memberikan makna penting bagi guru bahwa seorang guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembelajar untuk mengubah takdir Indonesia Melalui Pendidikan.*