Beginilah Kaitan Antara Pandemi COVID-19 dengan Kerusakan Ekosistem di Alam
Ada rumor dan fakta yang pernah saya lihat dari tayangan berita di televisi, media massa (koran), dan referensi dari internet tentang kemunculan awal virus COVID-19/Corona Virus. Berita tersebut cukup mengejutkan saya saat pertama kali mengenal virus Corona ini. Bahwa kemunculan virus yang mematikan ini didasarkan dari kebiasaan atau gaya hidup masyarakat Wuhan, China di pedalaman yang sering mengonsumsi hewan-hewan liar/ekstrem yang hidup di hutan bebas. Contoh dari hewan-hewan yang mereka buru dan dijual atau dikonsumsi dan diduga sebagai perantara virus Corona misalnya adalah daging ular, cerpelai, trenggiling, dan bahkan yang makanan tak lazim untuk dikonsumsi yakni sup kelelawar mereka konsumsi secara bebas.
Sebagai akibat dari apa yang mereka konsumsi, maka virus COVID-19 yang menginfeksi dari hewan-hewan liar tersebut dapat bermutasi/transmisi ke tubuh manusia sebagai hospes yang cocok. Ini menurut asumsi saya bahwa ekosistem virus COVID-19 yang semula cocok berinang/menginfeksi ke hewan-hewan liar yang ada di alam, maka habitat hospes virus COVID-19 tersebut merasa terganggu dan kemudian berpindahlah secara mutasi virus tersebut ke tubuh manusia sebagai hospes sekundernya. Karena bagaimanapun mutasi genetik/kromosom di alam ini pastinya akan selalu ada, namun tidak terlihat dengan mata telanjang karena sifat dari virus itu sendiri yang ukuran tubuhnya mencapai milimikron atau lebih kecil dari ukuran bakteri. Sehingga untuk membuktikan kejadian mutasi ini, perlulah diadakan kajian tingkat lanjut oleh pakar/ahli, sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang ilmiah dan dapat diterima oleh akal sehat.
Menurut pendapat saya bahwa munculnya COVID-19 ini ternyata dapat mengganggu keserasian lingkungan hidup, terlebih kerusakan ekosistem alam dan keanekaragaman hayati/biodiversitas rupanya dapat terjadi segampang membalikkan telapak tangan. Pendapat saya ini diperkuat dengan mengutip sedikit pernyataan dari halaman MSIG Indonesia, sejumlah ahli menyatakan bahwa pendemi COVID-19 yang kita alami saat ini memiliki kaitan erat terhadap kerusakan ekosistem alam di bumi. Publikasi ilmiah menyebutkan 60 persen EID (emerging infectious disease) berasal dari hewan dan 70 persennya merupakan satwa liar. Sebagai contoh, HIV diketahuiberasal dari simpanse. Hal itu diungkapkan oleh Matthew Burton selaku Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia. Tentunya ini membuktikan bahwa kesadaran umat manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, bumi dan demi masa depan yang berkelanjutan masih sangat rendah.
Keanekaragaman hayati di tingkat ekosistem cukup beragam dan memang penting sekali untuk kita jaga bersama. Hutan misalnya, menyajikan kepada mata kita bahwa di dalamnya banyak sekali komponen biotik dan abiotik. Kita saat berkunjung ke hutan pastinya akan melihat komponen abiotik misalnya bebatuan, tanah dengan komponen unsur haranya yang bagus karena banyak humus yang bermunculan akibat dari pelapukan bebatuan, pembusukan sisa dedaunan yang berguguran oleh mikroorganisme tanah, suhu/temperatur yang begitu segar dan dingin, serta kekayaan biotiknya berupa komponen biodiversitasnya yang begitu lengkap, satwanya yang begitu memukau dengan warna morfologi kulitnya dan bulu-bulunya yang indah menawan.
Milsanya saja ketika saya berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung, maka saya akan melihat berbagai macam satwa liar seperti misalnya golongan aves/burung, kera yang loncat-loncatan di ranting-ranting pohon yang saling sahut bersahutan, bersuara indah khas hewan-hewan endemik di dalam hutannya yang masih alami, gajah-gajah yang nongkrong dengan asyiknya di tepian kubangan air di sekitaran daerah sungai di Way Kambas. Sesekali saya juga melihat bunga-bunga bangkai (Raflesia arnoldi) yang tumbuh sehat di dalam hutan TNWK. Indah dan penuh rasa syukur saat berkunjung ke hutan karena semuanya berjalan adem ayem, hati pun jadi adem. Hmmm, kadang ngerasa bersalah saja gitu kalau ada manusia yang masih saja melakukan perburuan liar di hutan. Menurut saya hutan dan kekayaan biodiversitasnya penting sekali lho untuk dijaga supaya masa depan bumi yang kita huni ke depannya jauh lebih meyakinkan, dan tidak seperti kamu yang selalu bikin saya deg-degan karena sering di-PHP #ehhh…
Oya, satwa-satwa di hutan dan lingkungan sekitar kita penting sekali keberadaannya untuk terus dijaga ya oke, janganlah memburunya untuk hanya sebatas dikonsumsi sebagai santapan lauk makan. Jangan sampai satwa di alam habis gara-gara sikap bodoh kita yang tidak memiliki hati, perasaan, dan rasa kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Duh nyesek banget kalau pas saya baca-baca berita di internet ramai-ramai orang melakukan tindakan penebangan hutan (deforestasi hutan) sampai bener-bener gundul. Coba tanyalah pada dirimu sendiri, maukah kalau orang lain memaksa rambut di kepalamu dicukur habis sampai botak sesuka hati mereka? tentu tidak mau kan karena kamu punya hak atas kepalamu. Sama saja hutan, mereka juga punya hak untuk dijaga dan dirawat, tidak semena-mena melakukan penebangan sembarangan (illegal loging) tanpa melakukan tindakan reboisasi hutan atau melakukan teknik menebang pohon di hutan dengan sistem tebang pilih atau adopsi hutan secara berkala.
Semakin habis hutan ditebang atau satwanya diboyong ke pasar untuk diperjualbelikan dan dimakan tentu ini cukup mengkhawatirkan keadaan bumi dan generasi mendatang. Satwa habis di alam karena aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh umat manusia, atau habitat satwa jadi hilang, terjadi degradasi habitat, fragmentasi habitat, atau ulah manusia yang membuka lahan hutan menjadi daerah pertanian ini juga sangat berbahaya bagi bumi. Duh kasihan ya, mereka (satwa) diusir di alam dan rumahnya dirusak secara paksa. Bisa dibayangkanlah kalau kita lagi asyik-asyiknya tidur terus seisi rumah dirampok orang, pastinya kita jadi merasa tidak nyaman? hilang harta benda dan seisinya, jadilah merana hidup kita !!!. Tentu logikanya sama ketika satwa-satwa kita di alam juga merasakan hal yang sama seperti kejadian perampokan yang mungkin terjadi di kehidupan kita. Nah, makainya mulai sekarang bijaklah ke alam, maka alam akan berbalik mengasihi kita.
Oya, akibat deforestasi hutan, perburuan liar yang tidak beretika tadi tentu saja efeknya buruk bagi bumi dan terlebih bagi kemashalatan umat manusia. Sekarang kita baru bisa tahu betul bahwa sumber segala macam penyakit/pandemi yang sekarang kita rasakan saat ini, terutama Pandemi COVID-19 adalah hasil dari kebandelan dan keserakahan kita yang terus mengambil kekayaan satwa-satwa liar di alam/hutan. Saat ini Alam sedang marah, sedang memberikan pembelajaran kepada umat manusia bahwa mereka juga perlu untuk mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan penjagaan yang ketat, seperti hatimu yang ketat memperhatikan sikap nakalku selama ini, hehe… 🙂
Ya begitulah hidup, selalu mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang bijak tidak hanya sesama manusia saja, akan tetapi kepada lingkungan sekitar kita. Kepada apa-apa yang ada di hutan, maka penting untuk kita semua sama-sama belajar bareng bagaimana tetap mencintai mereka, tetap bersahabat dengan mereka. Bahkan, saat kita mengambil sumber plasma nutfah di hutan, maka ambillah seperlunya, tidak kemudian dilakukan eksploitasi hutan secara besar-besaran dan pada akhirnya akan merusak hutan secara luas.
MSIG Indonesia, Melihat Arti Lebih Dalam Segala Hal
Munculnya Pandemi COVID-19 yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dalam merusak satwa yang ada di ekosistem alam, maka tentu saja ini perlu menjadi perhatian besar bagi kita semua, bagi kita ke depan untuk lebih bijak dalam mengambil semua yang ada di hutan dan apa-apa yang ada di lingkungan sekitar.
Manusia diberikan akal dan budi. Akal digunakan untuk berpikir untuk mengingat-ngingat kembali apa yang diketahui sebagai tugas dasar manusia dalam memecahkan problem/masalah dan pada akhirnya membentuk tingkah lalu (gaya hidup), termasuk memilah mana-mana tindakan yang bisa dan tidaknya membahayakan satwa. Budi merupakan batin manusia, panduan akal dan juga perasaan untuk menimbang baik buruknya segala sesuatu.
MSIG Indonesia sebagai perusahaan asuransi yang melihat arti lebih dalam segala hal termasuk isu-isu lingkungan, maka kini hadir sebagai bagian dari platform edukasi yang berupaya untuk mengajak semua umat manusia lebih bijak dalam perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam sekitar (biodiversitas). Selain itu, MSIG Indonesia juga berkomitmen dan menyediakan Asuransi Umum (Asuransi Umum adalah Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda).
Berbagai macam jenis produk asuransi yang tersedia bersama MSIG Indonesia antara lain yaitu sebagai berikut:
- Asuransi Personal, meliputi Asuransi Rumah, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Kecelakaan Diri, dan Asuransi Perjalanan.
- Asuransi Komersial, meliputi Asuransi Kargo, Asuransi Teknik, Asuransi Harta Benda, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Tanggung Gugat, dan Asuransi Lini Keuangan.
Jenis kedua asuransi di atas dapat diajukan oleh kita yang saat ini mungkin sedang membutuhkan perlindungan diri selama pandemi COVID-19, misalnya. Karena saat pandemi COVID-19 ini sangat cocok sekali jika menggunakan asuransi sebagai payung yang siap menemani kita saat ada kemungkinan buruk menimpa kita. Kemungkinan buruknya misalnya saat terkena COVID-19 maka kita bisa menggunakan asuransi uang atau asuransi kecelakaan diri dari MSIG. Selain itu, kesusahan-kesusahan selama terjadinya pandemi COVID-19 ini maka bisa tercover dengan asuransi dari MSIG Indonesia. Semua Asuransi di atas tentunya bisa dipilih sesuai kebutuhan kita masing-masing. Sebab, asuransi itu sangat penting untuk menjamin kehidupan kita yang jauh lebih baik ke depannya. Semoga tulisan ini bermanfaat ya, terima kasih.
Sumber Referensi Pendukung Tulisan:
- Website official MSIG Indonesia, tersedia di halaman https://www.msig.co.id/.
- Sumber gambar: trenggiling (https://bali.inews.id/), ular (https://theconversation.com/), cerpelai (https://klikdokter.com/), kelelawar (https://halodoc.com/).
- Anwar, Firdaus. 4 Hewan yang Sempat Disebut Bisa Jadi Asal-Usul Virus Corona Covid-19. Diakses melalui halaman https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5371346/4-hewan-yang-sempat-disebut-bisa-jadi-asal-usul-virus-corona-covid-19.
- Pernyataan Matthew Burton selaku Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia, seperti dikutip dari situs https://www.msig.co.id/id/lifestyle-library/apakah-kamu-suka-menulis-dan-memiliki-kepedulian-lingkungan-yuk-berpartisipasi.
Pandemi memang benar-benar pengingat kita ya, alam sudah sedemikian rusak dan jika kita tak segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan bisa jadi akan ada dampak yang lebih besar lagi…Ya Allah semoga enggak ya
Iya kak, semoga kita masih bisa berbenah dan lebih peduli dengan pelestarian lingkungan termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity) yang ada di dalamnya.
Mas, hari ini aku malah baca berita bahwa ditemukan 2 ekor kucing peliharaan yg tertular Covid 19 loh. Artinya ini dari hewan liar mutasi ke manusia lalu sekarang dari manusia ke binatang peliharaan. Bahaya banget ini perkembangannya. Mencemaskan.
Wah, itu makin mengkhawatirkan tentunya ya. Mutasi dan transmisi virus Covid-19 bisa sampai ke hewan peliharaan. Entar saya cek ya info dari kak Ade. Thanks atas infonya kak !
Pandemi covid terus bermutasi ke yang baru jenisnya seperti di India, korban terpapar covid meningkat. Semoga kita dan keluarga sehat usia berkah dan bermanfaat.
Aamiin kak Fery…semoga saja ya, kita semua terus diberi keberkahan rezeki, dan kesehatan.
Hiks, hiks… semua memang ada sebab akibat ya Mas… karena kesalahan kita mengonsumsi hewan liar sehingga Allah murka.
Semoga kita semua dalam lindungan Allah, ya Mas..
Yes, betul kak….intinya tetap bijak dalam mengambil apa-apa yang ada di alam. Tentunya tidak serakah dan eksploitasi SDA secara besar-besaran tanpa adanya timbal balik yang positif agar tidak terjadi masalah baik jangka pendek maupun jangka panjang… Tetap semangat yuk bareng2, gotong-royong jaga bumi yang kita huni agar tetap bersahabat dengan kita….
Deforestasi Hutan, hiks hiks sedih banget sama hal ini. Padahal nggak tau apa ya, dampaknya balik ke manusia juga.
Iya kak, dampak deforestasi hutan itu tentunya bikin bumi yang kita huni itu makin panas, defisit oksigen, timbulnya wabah, serta satwa-satwa jadi kehilangan habitat aslinya…misalnya: burung/golongan aves yang sedang bertelur di sangkarnya yang ada di atas pohon harus diusir dari habitatnya, bahkan telurnya bisa pecah akibat terjatuh dan ini membahayakan kelangsungan hidup satwa kita ke depannya.
Manusia memang dianugerahi akal dan budi tapi kadang masih ada manusia yang menggunakan akal dan budi itu tidak sesuai sebagaimana mestinya.
Yups betul sekali kak Mia… tetap bijak dan berprilaku. Kelola emosi saat-saat bumi sedang genting, berpikir sebelum bertindak, mengerti sebab-akibat dari segala tindakan yang dilakukan.
Kalau sesuai hukum fisika, reaksi pasti akan timbul jika ada aksi.
Demikian juga, keserakahan manusia dalam memanfaatkan alam, hingga cenderung merusak, akan membawa hal buruk bagi manusia juga
Yes kak, pastinya ada hukum sebab-akibat di alam ini ya kak. Maka banyak-banyak berbuat baik ya dengan makhluk di sekitar kita.
Pandemi ini benar-benar menjadi pelajaran yang sangat berharga yaa, Mas, bahwa hidup itu harus selalu seimbang
Iya betul kak Ira, banyak banget pelajaran yang bisa dipetik dan dijadikan bahan evaluasi diri agar ke depan kita semakin menjadi pribadi yang jauh lebih baik…..
setuju banget dengan MSIG Indonesia,
sekarang setiap perusahaan harus semakin peduli dengan lingkungaan
karena bencana akibat lingkungan menjadi keniscayaan, salah satunya kenaikan suhu bumi yang menyebabkan sebagian kawasan Jakarta tenggelam
Iya kak, MSIG Indonesia juga merupakan perusahaan insurance yang tetap peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia. Keren pokoknya…
Iya memang kak, pandemi memang sesuatu yang dirasakan oleh banyak orang. Ujian besar juga untuk bisa bersabar dan sebisa mungkin untuk tetap bijak dengan alam. Bukan malah merusaknya
Yups, betul sekali kak Fenni, pandemi Covid-19 yang hadir saat ini adalah bukti bahwa kita “kurang akur” dengan alam yang menyuplai banyak hal untuk kehidupan manusia. Ya, mungkin karena sifat manusia yang mungkin juga ada unsur “keserakahan” jadi tidak mampu menempatkan sesuatu pada sesuatu hal yang pas, baik dengan sesama manusia maupun dengan makhluk hidup sekitar lainnya.
Manusia seharusnya hidup berdampingan dengan alam, mengambil secukupnya tanpa merusak. Pandemi harusnya memberikan kesdaran lebih bagi kita semua, alam terjaga, manusia berakal yg menempatinya hidup dengan sehat hingga pergantian generasi.
Seharusnya memang kita harus “bersahabat” dengan alam, bisa menempatkan diri pada posisi yang pas “tanpa merusaknya”. Agar kehidupan ini semakin balance dengan alam !
Nah bener banget mas
sekarang bersyukur bahwa ada kawasan hutan lindung dunia di Indonesia ! Wallacea – dekat dengan Australia yang dijadikan suaka
Syukurlah kak Tanti, semoga bisa menjadi terobosan terbaru untuk menyelamatkan satwa-satwa kita yang makin hari makin kritis karena aktivitas perburuan liar, atau menyelamatkan satwa dan komponen ekosistem agar tidak punah.