Gaya Hidup Malas Berkebun Picu Perubahan Iklim
Setiap kali paman datang ke gubuk kami, pasti selalu bercanda ke kami.
“Hid, rumahmu ini udah kayak makam tua ya?”
“Hid, tanaman di rumahmu ini kok rame banget, jarak tanamnya terlalu dekat tuh”
Begitulah kata-kata yang terkadang keluar dari mulut paman saya ketika mereka berkunjung ke rumah kami untuk bersilaturahim.
Saya tahu, kalimat-kalimat di atas hanyalah becandaan dari paman saya. Karena maksud beliau mengapa rumah saya seperti makam tua, itu karena di sekitar rumah itu sudah banyak ditumbuhi pepohonan berkayu, mulai dari pohon jati, petai, tangkil, kelapa, nangka, jambu citra, alpukat, mangga, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, budaya berkebun dengan sistem tabulampot pun masih terus kami lakukan.
Terkadang juga ketika banyak tetangga atau saudara yang datang di rumah saya pastinya mereka banyak yang berkomentar. Wah sejuk banget rumahnya. Rumahnya adem banget. Padahal nyaris di dalam rumah saya itu tidak ada AC. Bahkan, siang hari yang katanya rumah-rumah banyak yang panas, di rumah saya alhamdulillah masih dingin. Pun kalau panas tidak terlalu parah.
Menurut saya kondisi mengapa rumah saya tersebut tidak terlalu panas, karena rumah saya di kelilingi oleh banyak pepohonan yang asri. Dari pohon-pohon tua ini juga kami memperoleh hasil panen. Misalnya saat masih bagus-bagusnya panen nangka sayur, maka biasanya para tengkulak datang ke tempat kami. Bahkan saat buahnya masih pentil pun mereka datang untuk membeli.
Sebagai orang yang peduli akan lingkungan hidup untuk memerangi perubahan iklim ekstrem, maka sudah saatnya kita kembalikan pada diri kita sendiri. Dari kegiatan berkebun di sekitar rumah, itu merupakan langkah kecil yang berdampak bagus. Katakanlah di suatu daerah kita ada 500 warga, dan setiap warga menanam 5 tanaman pohon berkayu atau berkebun sayuran/buah dengan tabulampot, maka total jumlah tanaman yang ada di daerah itu adalah 500×5 = 2500 pohon. Kita tunggu sekitar 1-5 tahun ke depan maka daerah tersebut pastinya akan asri.
Semakin hijau, dan tentunya penyerapan gas-gas CO2 yang berasal dari sisa respirasi/pernapasan manusia dan asap kendaraan yang mengandung gas karbon pastinya akan semakin bagus. Selain itu, CO2 yang banyak tersebut akan semakin mudah diserap oleh tanaman untuk bahan baku proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen maupun glukosa/gula yang produk akhir ini juga akan dimanfaatkan oleh manusia, serta hewan-hewan yang ada di daerah tersebut.
Pabrik oksigen akan semakin tersedia banyak di daerah itu, sehingga membuat udara/temperatur sekitar menjadi lebih sejuk pada siang maupun malam hari.
Selamat berkebun, dan mari kita mulai biasakan diri dari sekarang untuk tidak bermalas-malasan berkebun. Dengan berkebun maka kita sudah ikut serta melawan perubahan iklim. Simpel dan bisa kita mulai dari skala rumahan !