Kisah “Paijo” dan Timun Ajaibnya, Bersama Menjadi #NasabahBijak
Di pagi buta itu ayam jago berkokok sangat kencang sekali, ….kukuruyukkkkkkk….kukuruyukkkkkkk…kukuruyukkkkkk !!!!!, sehingga Paijo, seorang petani muda sukses itu pun terbangun dari tempat tidurnya..
Pagi itu, seperti biasanya Paijo harus melakukan rutinitas harian untuk berkebun. Ia lengkap mengenakan pakaian kebesarannya, sepatu boots, berikut alat pertanian yang ia bawa.
Sambil bersiul merdu, ia pun berjalan kaki menuju ke kebunnya. Sesampainya di kebun kemudian ia melihat beragam tanaman-tanaman yang ia budidaya. Disana terlihat ada tanaman tomat, kentang, jagung, terong, kubis, wortel, cabe, seledri dan masih banyak yang lainnya.
Akan tetapi, dari kesemua tanaman yang ia pelihara, ada satu jenis tanaman yang ia sayangi yaitu pohon mentimun (timun). Sampai-sampai pohon mentimun yang berbuah lebat itu disebutnya sebagai “timun ajaib” karena semua buahnya berwarna keemasan dan totalnya ada 3 buah.
Setelah dirasa cukup lama merawat dan melihat-lihat tanaman di kebunnya, selanjutnya Paijo pun pulang ke gubuknya.
Singkat cerita, pada keesokan harinya Paijo kembali berkunjung ke kebunnya, dan merasa muram karena ada 1 buah timun emas yang hilang, sehingga sisanya tinggal 2 buah timun emas saja. Ia pun sudah mencurigai pelakunya dan benar saja ada pagar yang mengelilingi kebunnya itu dirusak oleh hewan liar seperti kancil yang juga beberapa waktu lalu menyerang kebun petani lain.
“Pasti ini perbuatan si kancil liar itu!”, ujar Paijo dengan perasaan geram. Ia pun kemudian memperbaiki pagar kebun yang rusak itu hingga matahari hampir terbenam.
Beberapa waktu telah berlalu dan tidak ada lagi serangan dari kancil liar. Hingga pada suatu pagi, saat Paijo berkunjung kembali ke kebun kesayangannya, ternyata ia sontak kaget karena tidak hanya 2 timun emasnya yang jadi sasaran si kancil liar, tapi tanaman timun emas itupun dirusaknya hingga akarnya tercabut. Otomatis saat itu tanaman timunnya menjadi layu dan terlihat kering serta berpeluang besar untuk mati. Sangat miris sekali, pikirnya.
Paijo pun akhirnya menyesal sebab tidak mampu melindungi pohon timun emas kesayangannya dengan bijak.
Kisah “Paijo” dan timun ajaibnya di atas ternyata mengandung hikmah dan pesan moral mengenai pentingnya perencanaan sebelum sebuah risiko besar akan terjadi di kemudian hari, dalam hal ini bisa kita sandingkan dengan pentingnya “perencanaan keuangan” serta perlunya “menjadi nasabah bijak”, misalnya. Apa saja ya perencanaan keuangan itu? Dan bagaimana caranya menjadi nasabah bijak? Mari kita bahas satu persatu.
Pentingnya Perencanaan Keuangan
Perencanaan keuangan memang harus dipelajari sejak dini. Setiap orang harus mau belajar tentang literasi keuangan karena ini yang membuat seseorang menjadi lebih cerdas secara finansial dan mampu meminimalisir hal-hal yang tak terduga di luar nalar.
Contohnya saat parahnya kondisi pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu menyerang tatanan ekonomi di Indonesia, tentu saja banyak perusahaan dan pelaku bisnis UKM/UMKM yang “gulung tikar” karena mungkin saja perencanaan keuangannya buruk atau soal literasi keuangan yang masih rendah.
Atau kita bisa berkaca pada diri sendiri yang merasakan kondisi pahit selama pandemik COVID-19 bahwa mengalami krisis keuangan keluarga. Itu artinya kita masih belum mampu membuat perencanaan keuangan dengan baik dan benar pada saat sebelum terjadi pandemi.
Mari kita kembali belajar mengambil hikmah/pesan moral dari kisah Paijo dan timun ajaibnya di atas. Minimal ada tiga post yang perlu kita perhatikan untuk kehidupan kita menjadi lebih baik dan bijak. Mari kita bahas satu persatu.
1. Tabungan
Dari lintas jaman, hampir semua orang sudah mengerti manfaat tabungan. Bahkan anak-anak kecil Sekolah Dasar (SD) sejak dini sudah diajarkan oleh orang tua mereka untuk menyisihkan uang jajan untuk ditabung. Saat masih SD saya masih ingat betul diajarkan untuk menabung setiap hari. Bahkan cara menabung yang saya lakukan pun masih konvensional, yaitu uang logam recehan ditabung di dalam kaleng susu bekas. Dan memang terbukti bahwa dengan menabung kita bisa memiliki dana simpanan yang mungkin bisa kita pergunakan pada kondisi-kondisi tertentu. Btw, saat ini orang menabung sudah tidak seperti jaman dulu lagi seperti yang saya lakukan saat duduk di bangku SD, karena saat ini hampir semua orang sudah memiliki rekening tabungan karena memang dianggap sangat penting. Mengapa penting? karena rekening tabungan ini memiliki fungsi utama untuk penyimpanan uang yang sifat cashflownya rutin harian.
2. Investasi
Di era digital saat ini banyak generasi milenial dan gen-Z yang sudah aware dengan investasi. Banyak dari mereka yang sudah mulai menginvestasikan harta benda mereka dalam bentuk investasi tanah, investasi tanaman, investasi properti, investasi online (saham, mata uang digital) dan lain sebagainya.
Dari kisah Paijo di atas, kita belajar bagaimana ia terus datang ke kebunnya untuk merawat dan memantau timun emas miliknya. Ini menandakan bahwa Paijo menerapkan prinsip investasi itu penting untuk dirawat dan ditumbuhkembangkan. Ia berusaha untuk terus merawat ketiga timun emasnya. Namun naas, karena ketiga timun emasnya harus dimakan kancil. Dan ini menandakan bahwa, investasi itu mengandung risiko sehingga harus diminimalisir dengan melakukan diversifikasi untuk mengurangi faktor risiko dari setiap jenis investasi yang kita pilih.
Seharusnya Paijo juga penting memandang bahwa investasi itu harus ditaruh pada kantung dana yang berbeda, atau setidaknya Paijo bisa menanam tidak hanya satu pohon timun emas, tapi juga menanam lebih dari satu pohon sehingga akan menghasilkan lebih banyak timun emas. Sehingga jika ada satu pohon timun emas yang dirusak kancil liar, maka masih ada pohon lain yang produktif menghasilkan timun emas. Inilah pentingnya kita belajar investasi sebagai bekal untuk kehidupan kita yang jauh lebih baik.
3. Asuransi
Kenyataannya, masih banyak orang di Indonesia yang belum melek literasi keuangan termasuk pentingnya asuransi untuk kehidupan yang menjadi lebih baik. Dalam kisah Paijo di atas, kita menganalogikan hewan “kancil liar” sebagai kejadian tidak terduga dalam hidup.
Dan pastinya kita sudah tahu bahwa “kejadian tak terduga” bisa datang kapan saja dan dalam situasi apa saja tanpa harus permisi terlebih dahulu. Bayangkan saja kerugian moril dan materiil jika kita mengalami musibah kerusakan kendaraan, kemalingan/kehilangan, kebakaran, kecelakaan dan masih banyak hal lain yang sifatnya tidak terduga sebelumnya? Pastinya kita akan repot sendiri dalam menangani masalah itu jika jumlah uang yang dikeluarkannya banyak. Iya kalau kita sedang punya uang banyak saat itu? Kalau sedang tidak ada uang sama sekali, pastinya hal tersebut tidak akan tertangani dengan tuntas ya kan?
Disitulah maka pentingnya kita mempunyai “asuransi”. Kalo saya sendiri sejak pertama kali memang sudah mengenal beberapa jenis asuransi yaitu mulai dari asuransi BRI Life-Link Proteksi, BRI Life-Link Optima, asuransi BRI Jiwa Kredit, asuransi BRI Mikro KKM, asuransi BRI Dana Siswa Syariah, asuransi kesehatan, asuransi properti, asuransi kargo, asuransi kendaraan dan lainnya memang langsung tertarik. Karena bagi saya, asuransi ini bisa diibaratkan juga seperti payung untuk melindungi diri kita dari hujan atau kejadian tidak terduga sebelumnya.
Menjadi #NasabahBijak Dalam Hal Menabung, Investasi dan Asuransi
Menabung, investasi, dan asuransi adalah hal penting yang perlu kita jadikan landasan dalam hidup seperti yang sudah dijelaskan pada bagian di atas.
Sebagai nasabah yang mempercayakan tabungan dananya ke pihak bank, maka perlu bijak dalam melakukan beragam transaksi baik tunai maupun non-tunai. Sebagai contohnya, tidak memberikan kode OTP/password yang kita miliki kepada orang lain. Selain itu, kita perlu mempertimbangkan kredibilitas dari suatu lembaga perbankan, rekam jejak (trek recordnya), serta keamanan data-data dari pihak perbankan tersebut. Jangan sampai data-data yang kita miliki mudah bocor dan dimanfaatkan oleh oknum kejahatan cyber untuk beragam modus kejahatan yang bisa membahayakan nyawa dan juga aset yang kita miliki (aset tabungan, investasi maupun asuransi).
Termasuk dalam hal investasi dan asuransi yang seringkali ditawarkan oleh pihak perbankan/lembaga keuangan lainnya, juga penting kita pelajari terlebih dahulu, sehingga kita bisa menarik benang merahnya, apakah suatu investasi atau asuransi online yang disediakan oleh lembaga perbankan itu layak untuk kita ikuti atau tidak? Selain itu, apakah sesuai dengan kebutuhan hidup kita? Dari sinilah kita perlu berpikir untuk lebih bijak dalam segala hal. Seperti pada kisah Paijo di atas, jika ia bijak dalam perencanaan suatu hal, maka ia seharusnya berpikir untuk tidak hanya menanam 3 pohon mentimun, tapi mungkin dia akan menanam lebih banyak tanaman timun, sehingga jika hanya tiga tanaman mentimun yang dimakan kancil, maka masih ada stok tanaman lain yang mampu memproduksi buah mentimun lebih banyak. Kancil pada kisah di atas kita analogikan sebagai “kejadian tidak terduga dalam hidup”, termasuk aksi kejahatan siber dan sejenisnya yang bisa saja dapat menimpa kita dan keluarga kita pada waktu yang tidak bisa diprediksi (sifatnya tentatif).
Selain itu, Paijo juga seharusnya perlu untuk membuat pagar yang lebih kokoh di sekitar kebunnya, sehingga aset yang ia miliki dari kebunnya itu tidak mampu ditembus atau tanamannya tidak mudah di rusak oleh kancil liar. Analogi ini juga berlaku untuk diri kita sendiri bahwa, melindungi aset-aset yang kita miliki itu penting (aset digital maupun non-digital), termasuk tidak mudah untuk melepaskan/membocorkan data-data kita kepada orang lain yang tidak resmi, dan perlunya kita selektif dan bijak dalam hal menabung di bank, investasi, maupun asuransi.
Sebab, kita semua yang hidup di era digital dan globalisasi saat ini, penggunaan internet tidak hanya dilakukan untuk hal-hal positif saja, tapi bagi seorang pelaku kejahatan juga dimanfaatkan untuk hal-hal negatif dan mengganggu ketertiban umum.
Seperti beberapa waktu lalu, kita mendengar ada sebuah hacker yang mengatasnamakan “Bjorka” yang menyadap data-data penting para pejabat negara. Ini menandakan bahwa, pentingnya suatu lembaga keuangan/instansi/lembaga apapun untuk memproteksi sekaligus menjaga keamanan data-data perusahaan maupun nasabah agar tidak bocor, termasuk data yang menyangkut nama ibu kandung, alamat rumah, nomor telepon, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), password login ke mobile banking, kode PIN/OTP/CVV/CVC pada rekening bank yang kita miliki, dan beragam aset digital lain yang kita miliki.
Serangan siber tidak hanya terjadi pada lembaga keuangan (Perbankan) melainkan juga di lembaga pemerintahan. Menurut Alfons Tanujaya, seperti saya kutip dari akun twitternya, ia berpesan agar kesadaran pengamanan digital jajaran pemerintahan perlu ditingkatkan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G. Plate mengungkapkan, sepanjang 2021 silam tercatat ada 888.711.736 ancaman siber disebabkan oleh faktor kelalaian manusia atau human error, (lihat sumber).
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Sandi Siber Nasional (BSSN) melalui siaran Kompas TV yang saya tonton beberapa waktu lalu, diketahui bahwa data serangan siber tahun 2021 sudah merambah ke berbagai lembaga akademik dengan persentase 38,03%, swasta (25,37 %), Pemda (16,86 %), pemerintah pusat (8,26 %) , dan lainnya (11,48 %). Ini menandakan bahwa, di negara kita Indonesia ternyata masih sangat rentan terhadap serangan siber (cyber crime) melalui media internet. Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa, kita juga memiliki peran penting sebagai Penyuluh Digital untuk diri kita sendiri dan untuk orang-orang di sekitar kita.
Bersama Menjadi Lebih Bijak Bersama BRI
Pandemi COVID-19 nyatanya tidak hanya membuat carut-marut perekonomian bangsa saja, tapi juga ada hikmah positif yang bisa kita petik. Hikmah positifnya adalah munculnya peluang-peluang kerja baru dan makin banyak orang yang melek dengan dunia digital. Kuncinya kita perlu jeli, inovatif dan kreatif dalam mengambil setiap peluang yang ada di depan mata untuk kemudian dieksekusi menjadi sesuatu hal yang mendatangkan cuan dan bermanfaat untuk orang lain.
Belajar dari pandemi COVID-19 juga bahwa kita penting untuk menyiapkan dana-dana darurat dan juga perencanaan keuangan lebih matang, sehingga ke depannya kita tidak “keteteran/susah” saat kejadian di luar nalar terjadi. Setidaknya ada tiga post yang perlu kita siapkan yaitu tabungan, investasi dan asuransi.
Tabungan, investasi, dan asuransi penting disiapkan jauh-jauh hari karena ke depannya kita tidak tahu peristiwa apa yang akan menimpa kita.
Sebagai pemilik dana tabungan, investasi atau asuransi sudah sepatutnya kita juga perlu bijak dalam bertransaksi dan tentunya merahasiakan data-data penting yang dimiliki sehingga hal-hal buruk yang bisa saja mengancam kita seperti modus penipuan, phishing, soceng, malware, begal rekening, aksi skimming data dan PIN ATM, penyalahgunaan data nasabah oleh oknum tidak bertanggungjawab dapat dihindari.
Khusus untuk modus soceng (social engineering), kata Enda Nasution, Co-Founder Suvarna.id maka tidak butuh teknologi canggih tapi memanfaatkan emosi dan ketidakhati-hatian kita, itulah SOCENG (social engineering). Di era digital penjahat makin pinter. Kita harus lebih pinter, tegasnya seperti dikutip dari situs: mediaindonesia.com.
Menjadi nasabah bijak itu gampang dan bisa kita mulai dari sekarang, caranya adalah dengan meningkatkan literasi keuangan, perbanyak referensi dari beragam sumber tentang cyber crime dan modus yang sering dilakukan oleh pelaku kejahatan, dan tidak mudah percaya dengan oknum-oknum yang memperdaya kita untuk melakukan sesuatu hal yang tidak umum/lazim. Jika ragu dengan oknum tertentu yang berusaha untuk menipu maka sebaiknya bisa menghubungi pihak perbankan atau perusahaan yang menaungi tabungan, investasi dan asuransi untuk memperoleh bantuan. Sebagai nasabah bijak juga, kita perlu memandang suatu hal itu dari banyak sisi, bijak dalam bersikap dan perlu memfilter baik buruknya sesuatu yang berpeluang besar dapat memicu terjadinya aksi kejahatan siber.
Dan kini sudah saatnya kita harus bangkit dari pandemi COVID-19 dan melangkah lebih jauh karena hidup ini harus terus berjalan, dan kita tidak boleh menyerah dengan keadaan. Yuk, kita sama-sama belajar dan melangkah lebih baik dan bijak bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI), sehingga disini kita pun bisa bersama-sama menjadi bagian dari Penyuluh Digital sekaligus sebagai Nasabah Bijak agar terhindar dari kejahatan siber (cyber crime).
Btw guys, langkah postif apa yang sedang kamu siapkan/lakukan untuk menjadi nasabah bijak agar terhindar dari kejahatan siber ke depannya?
Sumber Referensi Pendukung Tulisan:
- Ilustrasi Petani dan Kancil dimodifikasi dari situs https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/alfon/dongeng-anak-si-kancil-mencuri-timun.
- Tangkapan Layar dari Kompas TV di Sapa Indonesia Malam Tentang “Sasaran Serangan Siber 2021”.
- MediaIndonesia.com. 2022. Ketahui Modus Begal Rekening yang Bisa Membuat Raib Uang dalam Lima Menit, Diakses melalui situs: https://mediaindonesia.com/ekonomi/499627/ketahui-modus-begal-rekening-yang-bisa-membuat-raib-uang-dalam-lima-menit.
- Novianty, Dythia. 2021. Kominfo: Ada 888 Juta Ancaman Siber di Indonesia Sepanjang 2021. Diakses melalui situs: https://www.suara.com/tekno/2021/10/13/140110/kominfo-ada-888-juta-ancaman-siber-di-indonesia-sepanjang-2021.