Membangun Ekonomi Sirkular Nasional Melalui Gerakan Sustainable Fashion dan Paper Upcycling Bersama Royal Golden Eagle

Bumi yang kita huni saat ini bisa kita ibaratkan sebagai hubungan “Aku” dan “Kamu”. Jika antara “Aku” dan “Kamu” baik-baik saja, tentu hubungan akan terus berlanjut, semakin dekat dan semakin hangat.
Sebaliknya, saat Aku tidak akur dengan Kamu, pasti ada suatu masalah tertentu yang tersembunyi, entah mungkin masalah percintaan, persahabatan atau masalah keluarga dan yang lainnya. Jangan ditutupi-tutupi setiap masalah yang muncul, ayo mulailah jujur agar semuanya baik-baik saja.
Analogi di atas bisa kita sandingkan dengan kondisi bumi kita saat ini yang sedang tidak baik. Dimana hubungan kita dengan alam sekitar semakin jauh.
Mungkin sebagian dari kita adalah perusak, rakus, dan tidak taat dengan aturan alam. Dimana ketika hubungan kita (manusia) berjalan baik dengan alam, tentu alam akan bersahabat dan pastinya tidak akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti kerusakan lingkungan, hilangnya habitat satwa endemik, serta kerusakan ekosistem alam yang berujung pada bencana alam yang tidak kunjung reda.
Seperti kondisi lingkungan kita saat ini yang perlu mendapat perhatian besar dari semua unsur baik pemerintah, pelaku bisnis industri, masyarakat, serta stake holder terkait lainnya.
Saat ini kita bisa berkolaborasi bersama untuk mendukung praktik pemanfaatan sumber daya alam dengan cara-cara yang lebih bijaksana, ramah lingkungan, serta mencegah dampak perubahan iklim yang lebih ekstrem. Salah satu caranya kita bisa menerapkan prinsip ekonomi sirkular sebagai praktik baik dalam mengurus diri sendiri serta peduli kondisi alam di sekitar kita.
Menurut Ellen MacArthur, 2015 (dalam Pusfaster) bahwa ekonomi sirkular adalah sebuah sistem atau model ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.
Ekonomi sirkular bukan hanya membahas pengelolaan limbah yang lebih baik dengan lebih banyak melakukan daur ulang, namun ekonomi sirkular juga mencakup serangkaian intervensi yang luas di semua sektor ekonomi, seperti efisiensi sumber daya dan pengurangan emisi karbon.
Perubahan Paradigma Baru: Ekonomi Linear Menuju Ekonomi Sirkular
Dengan semakin meluasnya dampak kerusakan lingkungan akibat ulah tangan manusia seperti sekarang ini, maka banyak dari kita yang mulai berpikir bagaimana caranya untuk memulihkan bumi yang sedang “menangis”?
Bahkan sekelas perusahaan/industri manufaktur dan sejenisnya di Indonesia sudah mulai menyadari bahwa, limbah cair, limbah padat serta emisi gas-gas buangan yang dikeluarkan dari asap pabrik/industri juga seringkali menimbulkan dampak pencemaran air, pencemaran tanah maupun pencemaran udara.
Bahkan juga, beberapa produk fashion banyak yang masih ditemukan tidak ramah lingkungan, masih menggunakan benang nilon serta kapas serta pembuatan kertas dengan merusak hutan (deforestasi). Sehingga bahan-bahan tidak ramah lingkungan tersebut sulit untuk terurai atau didaur ulang secara baik sehingga meninggal jejak karbon yang berbahaya bagi makhluk hidup serta memperburuk masa depan bumi yang kita huni.
Untuk menjawab semua permasalahan lingkungan yang ada saat ini, maka pemerintah Indonesia dan juga stake holder di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, para pebisnis di bidang industri serta para penggiat lingkungan bersama-sama masyarakat luas membuat sebuah konsep yang disebut dengan ekonomi sirkular.

Apa Itu Konsep Ekonomi Sirkular?
Selama ini, sistem ekonomi di Indonesia masih memakai model linear dalam berbagai hal. Model linear ini dianggap mampu memaksimalkan hasil serta keuntungan (cuan) akan tetapi jika ditelisik lebih jauh bahwa model linear tersebut adalah model yang tidak berkelanjutan untuk jangka panjang sebab pendekatan sistem linear sering memakai pendekatan “ambil-pakai-buang”.
Tentu pendekatan semacam ini perlu dihindari karena dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan juga makhluk hidup yang tinggal di bumi. Tentu saja manusia dan hewan-hewan yang secara umum akan merasakannya. Hal nyata yang kita rasakan bersama-sama saat ini yaitu dampak perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming).
Ekonomi sirkular merupakan sebuah model terbarukan yang berupaya untuk memperpanjang siklus hidup suatu produk/barang, bahan baku utama, serta sumber daya yang ada supaya dapat dipakai selama mungkin.
Prinsip dan konsep dari ekonomi sirkular ini mencakup beberapa hal seperti pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk serta material terpakai selama mungkin (agar tetap awet), dan meregenerasi sistem alam secara berkelanjutan. Melalui gerakan ekonomi sirkular ini, maka kita bisa “mencapai lebih banyak dengan menggunakan lebih sedikit“.
Wajah Ekonomi Sirkular di Indonesia
Ekonomi sirkular di Indonesia tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024, di bawah Agenda Prioritas Nasional 1: Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan, serta Agenda Prioritas Nasional 6: Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim.
Pada Prioritas Nasional 6, Ekonomi Sirkular berada di bawah naungan Pembangunan Rendah Karbon (PRK) yang merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ekonomi hijau dengan menekankan kegiatannya pada lima sektor prioritas.
Tiga dari lima sektor PRK tentu saja sangat berkaitan erat dengan prinsip-prinsip ekonomi sirkular, yakni pengelolaan limbah, pembangunan energi berkelanjutan, serta pengembangan industri hijau. Keterkaitan ini terlihat dari implementasi ekonomi sirkular yang mampu mengurangi timbulan limbah yang dihasilkan dan dibuang, mengutamakan penggunaan energi terbarukan, serta mendukung efisiensi penggunaan sumber daya alam (SDA) secara bijaksana, produk yang dihasilkan, serta proses-proses yang digunakan pada industri sehingga lebih ramah lingkungan.
Manfaat Ekonomi Sirkular Bagi Masyarakat
Pada tahun 2021 lalu, Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark meluncurkan
Laporan “Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Ekonomi Sirkular di Indonesia”.

5 Sektor Prioritas Penerapan Ekonomi Sirkular Nasional
Setidaknya terdapat 5 sektor prioritas dalam penerapan ekonomi sirkular Nasional. Kelima sektor ini tentu saja telah menginterpretasikan hampir 1/3 dari PDB Indonesia serta pada tahun 2019 telah memperkerjakan lebih dari 43 juta orang.
1. Makanan dan Minuman:

Sektor ini menyumbang setidaknya 9,3 persen dari total PDB pada 2019 lalu dan merupakan subsektor terbesar dari manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor industri terbesar di Indonesia.
Ekonomi sirkular tidak hanya dapat membantu menghindari kehilangan pangan serta limbah makanan (contohnya, dengan memperpendek rantai pasok), akan tetapi juga mampu membantu memanfaatkan kehilangan bahan pangan serta limbah makanan untuk tujuan lebih produktif dan ramah lingkungan, seperti pembuatan biogas dan kompos dari sisa-sisa bahan makanan. Rantai nilai yang lebih terlokalisasi serta agrikultur regeneratif juga mampu menyebabkan peningkatan jumlah keanekaragaman hayati pertanian.
2. Tekstil:

Selama ini sektor tekstil setidaknya mempekerjakan sekitar 4,2 juta orang atau lebih dari 26% lapangan kerja di sektor manufaktur Indonesia. Indonesia termasuk 10 besar negara penghasil tekstil di dunia.
Ekonomi sirkular di bidang manufaktur tekstil dapat membawa banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia untuk menghemat biaya material serta mengurangi eksposur terhadap volatilitas harga sumber daya input.
Selain itu, peluang keuntungan untuk bisnis melalui layanan baru (fashion, ritel, dan lain sebagainya). Manfaat lingkungan akan terlihat pada emisi GRK yang lebih rendah, berkurangnya konsumsi material tak terbarukan, berkurangnya konsumsi energi tidak dapat diperbarui, dan masih banyak lagi.
3. Konstruksi:

Sektor konstruksi di Indonesia setidaknya menyumbang 10% dari total PDB dan ditargetkan akan terus tumbuh baik di masa depan. Konstruksi dan juga infrastruktur membutuhkan sumber daya cukup besar untuk penggunaan energi dan air bersih.
Secara umum, pembangunan dan pengoperasian infrastruktur telah menghabiskan sekitar 40% anggaran energi di suatu negara. Selama ini, sektor konstruksi ini menjadi penyumbang besar limbah padat serta mempunyai potensi daur ulang yang cukup signifikan.
4. Grosir dan Eceran:

Sangat mengerikan bukan? Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton limbah plastik setiap tahunnya. Jumlahnya diperkirakan akan berlipat ganda jadi 13,6 juta ton pada tahun 2040 mendatang. Pada tahun 2017 saja, hanya 30% limbah plastik Indonesia yang dikelola (10% didaur ulang dan 20% dikirim untuk pembuangan terkelola).
Sisa limbah plastik tak terkelola selanjutnya dibakar secara terbuka, dibuang sembarangan di daratan, dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA), atau dibuang ke laut atau saluran air (sungai dan sejenisnya).
Pemerintah Indonesia terus berkomitmen dalam mengurangi dampak buruk sampah plastik di laut hingga 70% pada tahun 2025 dan terus memulai inisiatifnya untuk mengurangi limbah plastik serta beralih dari pendekatan daur ulang limbah yang terbentuk (end-of-pipe) ke model ekonomi sirkular yang lebih menguntungkan.
5. Elektronik:

Manufaktur yang bergerak pada produk logam, komputer dan aksesorisnya, produk optik, serta elektronik menyumbang sekitar 1,9% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2019 lalu.
Penduduk Indonesia merupakan konsumen ponsel pintar terbesar keempat di dunia (78 juta pengguna) serta jumlah pengguna internet seluler terbesar ketiga di dunia (65,2 juta pengguna).
Secara global, penerapan ekonomi sirkular hanya dari ponsel dan materialnya saja berpotensi bernilai lebih dari USD 11 miliar per tahun .
Di Indonesia sendiri untuk pasar penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycling) untuk produk elektronik didominasi oleh pemain kecil informal. Oleh sebab itu, formalisasi sektor pemulihan (recovery) dan daur ulang limbah elektronik dengan bantuan keterampilan pekerja informal tentu mampu meningkatkan nilai ekonomi yang terkait dengan limbah elektronik dan produk elektronik yang habis masa pakainya.
Model bisnis sirkular yang menerapkan prinsip berkelanjutan dengan penggunaan kembali (reuse), pemugaran kembali (refurbishment), serta melakukan daur ulang (recycling) pada produk elektronik yang sudah tidak layak pakai dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya material serta menghindari dampak lingkungan yang merugikan umat manusia serta makhluk hidup lain di bumi.
Studi Lain Terkait Ekonomi Sirkular: Jejak Karbon Dari Pakaian Dan Kertas Tidak Ramah Lingkungan
Tanpa kita sadari bahwa setiap harinya kita menyumbang jejak karbon yang tidak sedikit. Misalnya saja dari sisa makanan yang tidak dihabiskan.
Selain itu, seringnya kita berbelanja pakaian di supermarket dan marketplace secara berlebihan juga menyumbang jejak karbon yang bisa membahayakan lingkungan karena karbon yang ditinggalkan akan menyembabkan dampak perubahan iklim serius.
Pun saat ini mungkin di kantor-kantor atau tempat kita bekerja. Seperti halnya saya yang mengajar di sekolah, terkadang saya masih melihat banyak sekali pekerjaan sekolah yang menggunakan kertas-kertas sekali pakai. Bahkan saat mengeprint perangkat pembelajaran juga banyak menggunakan kertas. Kadang sangat sedih jika melihat banyak penggunaan kertas di kantor, padahal secara digital bisa dipilih sebagai salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan kertas.
Mengapa saya dan kita semuanya tidak berpikir untuk lebih bijak dalam membeli pakaian agar tidak terlalu sering/berlebihan maupun tidak menggunakan kertas sekali pakai?
Hidup slow fashion dan beralih dari kertas tidak ramah lingkungan ke kertas yang ramah lingkungan bukankah jauh lebih baik?, seperti misalnya kertas-kertas PaperOneTM dari produk Grup APRIL dijamin dalam proses ekonomi sirkularnya tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup untuk masa kini dan yang akan datang.

Dampak Timbulan Jejak Karbon Dari Pakaian Dan Kertas Tidak Ramah Lingkungan
Timbulan jejak karbon dari pakaian dan kertas yang tidak ramah lingkungan tentu saja memiliki dampak negatif yang signifikan pada lingkungan dan perubahan iklim.
Berikut ini beberapa dampak utama dari jejak karbon yang dihasilkan oleh pakaian dan kertas tidak ramah lingkungan:
1. Gas Rumah Kaca:
- Produksi Pakaian: Industri tekstil seringkali menggunakan bahan kimia berbahaya dan membutuhkan banyak energi, terutama dalam proses pewarnaan dan penyelesaiannya. Selain itu, penggunaan alat transportasi untuk mendistribusikan pakaian dari tempat produksi ke konsumen juga menghasilkan emisi gas rumah kaca.
- Produksi Kertas: Proses pembuatan kertas melibatkan penebangan pohon (deforestasi), yang dapat menghasilkan emisi karbon jika tidak dikelola secara berkelanjutan. Selain itu, pabrik kertas juga memerlukan banyak energi untuk menciptakan berbagai produk kertas.
2. Limbah dan Pencemaran Air:
- Pakaian: Pewarnaan tekstil seringkali menghasilkan limbah berbahaya dan mengakibatkan terjadinya pencemaran air. Jika hal ini tidak segera ditangani secara bijak maka dapat merusak ekosistem air serta mengancam kesehatan manusia.
- Kertas: Proses pemutihan kertas dengan bahan kimia tertentu dapat menghasilkan limbah beracun yang mencemari air.
3. Penggunaan Sumber Daya Alam Secara Berlebihan:
- Pakaian: Produksi serat tekstil seperti kapas atau nilon memerlukan penggunaan besar air dan pestisida sehingga berpeluang besar menimbulkan berbagai macam pencemaran lingkungan.
- Kertas: Penebangan pohon untuk pembuatan kertas dapat mengakibatkan deforestasi dan hilangnya habitat satwa liar.
4. Meningkatnya Jumlah Sampah:
- Pakaian: Pakaian yang tidak ramah lingkungan seringkali tidak tahan lama dan cepat rusak. Hal ini berarti banyak pakaian sering dibuang dan akhirnya berkontribusi pada peningkatan jumlah sampah tekstil.
- Kertas: Kertas yang digunakan sekali pakai juga berkontribusi pada masalah sampah. Jika tidak segera ditangani atau tidak di daur ulang maka akan menumpuk begitu saja, bisa menyebabkan masalah lingkungan yang serius.
5. Penggunaan Energi Tidak Terbarukan:
- Proses produksi pakaian dan kertas yang tidak ramah lingkungan pastinya akan mengonsumsi lebih banyak energi tidak terbarukan, yang sebagian besar berasal dari sumber energi fosil. Ini berarti emisi karbon akan meningkat secara signifikan di lingkungan terkait dengan aktivitas produksi tersebut.
Untuk mengurangi dampak jejak karbon dari pakaian dan kertas tidak ramah lingkungan, maka kita penting untuk beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan, seperti pakaian yang dibuat dari bahan daur ulang atau bahan organik yang lebih berkelanjutan, serta menggunakan kertas daur ulang dan mengurangi pemakaian kertas sekali pakai. Selain itu, mengadopsi praktik penggunaan energi yang lebih efisien dan mengurangi pemborosan juga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari produk-produk semacam ini.
Sustainable Living, Sustainable Fashion Dan Paper Upcycling Solusi Hadapi Jejak Karbon Dari Pakaian Dan Kertas Tidak Ramah Lingkungan

Sustainable living, Sustainable Fashion, dan Paper Upcycling adalah solusi yang berpotensi efektif untuk mengurangi timbulan jejak karbon dari pakaian dan kertas yang tidak ramah lingkungan. Berikut adalah cara-cara dimana ketiga pendekatan ini dapat membantu mengatasi masalah ini:
1. Sustainable Living:
- Prinsip “kurang adalah lebih” dapat membantu mengurangi produksi pakaian dan kertas yang tidak ramah lingkungan.
- Memanfaatkan pakaian bekas dan mendaur ulang kertas adalah bagian penting dari gaya hidup berkelanjutan. Hal ini pastinya secara langsung akan mengurangi kebutuhan akan produksi baru.
- Menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan pribadi tentu hal ini dapat mengurangi emisi gas karbon yang terkait dengan perjalanan untuk berbelanja atau mengirimkan barang.
2. Sustainable Fashion:
- Menggunakan Bahan Ramah Lingkungan: Memilih pakaian yang dibuat dari bahan organik seperti viscose rayon dari Asia Pacific Rayon (APR).
- Membeli dengan Bijak: Berinvestasi dalam pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Hal semacam ini tentunya dapat mengurangi kebutuhan akan penggantian pakaian yang terlalu sering.
- Memperbaiki dan Mendaur Ulang Pakaian: Jika pakaian rusak, memperbaikinya atau mendaur ulang bahan-bahan yang dapat digunakan kembali adalah alternatif yang baik daripada membuangnya begitu saja.
3. Paper Upcycling:
- Kreasi Seni dan Kerajinan: Kertas bekas dapat digunakan untuk membuat seni, kerajinan, dan produk lain yang bermanfaat. Ini mengurangi sampah kertas dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih berguna.
- Daur Ulang di Tempat: Setahu saya bahwa saat ini sejumlah komunitas dan perusahaan telah mengadopsi praktik baik daur ulang kertas. Ini membantu mengurangi kebutuhan akan produksi kertas baru.
- Pemilihan Kertas Daur Ulang: Saat membeli kertas, memilih produk kertas daur ulang membantu meningkatkan permintaan dan pasokan kertas daur ulang. Sebagai contohnya membeli kertas PaperOneTM dari Grup APRIL adalah langkah bijak untuk ikut serta melestarikan lingkungan. Dilansir dari situs Aprilasia.com, bahwa PaperOneTM adalah merek unggulan Grup APRIL yang menawarkan berbagai kertas dengan kualitas premium dan terbuat dari 100% serat perkebunan terbarukan yang diproduksi untuk memenuhi tingginya kebutuhan di masyarakat.
Kesadaran dan tindakan individu serta perusahaan dalam mengadopsi prinsip-prinsip ramah lingkungan ini dalam kehidupan sehari-hari tentu saja akan memberikan dampak positif dalam mengurangi timbulan jejak karbon dari pakaian maupun kertas yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, upaya ini juga dapat memotivasi perubahan lebih besar dalam industri pakaian dan kertas menuju praktik yang lebih berkelanjutan (industri hijau).
RGE Dan Grup APRIL Dukung Ekonomi Sirkular Nasional Melalui Gerakan Sustainable Fashion dan Paper Upcycling Untuk Bumi yang Lebih Baik
APRIL (Asia Pacific Resources International Limited) atau biasanya juga disebut sebagai Grup APRIL merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia yang berbasis di Asia Tenggara.
RGE (Royal Golden Eagle) sendiri adalah konglomerat bisnis yang beroperasi di sejumlah sektor, termasuk industri pulp dan kertas melalui Grup APRIL. Selain itu, mereka juga terlibat dalam industri seperti energi terbarukan dan tekstil. RGE telah berkomitmen untuk memperbaiki praktik berkelanjutan di seluruh portofolio perusahaan mereka, dan ini mencakup, mendukung inisiatif seperti sustainable fashion dan paper upcycling.
Dari berita-berita maupun tulisan yang saya baca di internet, perusahaan ini pada awalnya dituduh oleh masyarakat sekitar lokasi industri karena masalah lingkungan, termasuk deforestasi dan dampak ekologis negatif lainnya. Namun, anggapan masyarakat itu ternyata keliru. Saat ini RGE dan Grup APRIL telah berkomitmen untuk mengubah praktik masa lampau mereka menuju keberlanjutan dan melibatkan beberapa inisiatif yang lebih baik, seperti pengelolaan hutan berkelanjutan, restorasi lahan gambut, serta peningkatan tata kelola hutan.
Saat ini, Grup APRIL yang merupakan anak perusahaan dari Royal Golden Eagle (RGE) telah mendukung ekonomi sirkular nasional melalui gerakan sustainable fashion dan paper upcycling yang sudah tercover ke dalam Visi APRIL2030 Sasaran Dan Indikator. Hal ini merupakan upaya bagus sebagai langkah untuk memperbaiki dan mengevaluasi perusahaan serta berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

Perjalanan APRIL2030 masih tersisa sekitar tujuh tahun lagi. Dukungan Group APRIL dalam melaksanakan bisnis ramah lingkungan tentu saja sangatlah membantu pemerintah Indonesia serta masyarakat untuk memenuhi komitmen global Indonesia terhadap target ekonomi hijau, industri hijau, dan juga ekonomi sirkular di masa yang akan datang.
Gerakan Sustainable Fashion dari Grup APRIL dalam mendukung Visi APRIL2030 secara umum yaitu menyediakan bahan baku pembuatan kain dari serat viscose rayon yang aman bagi lingkungan. Sebab selama ini, industri fashion masih menggunakan bahan-bahan tidak ramah lingkungan yang berasal dari serat sintetik, polyester maupun acrylic.
Synthetic fabrics such as nylon, polyester and acrylic, which make up around 60 per cent of garment production, are all forms of plastic produced from petroleum. Studies show that these fibers release microfibers into the water when washed, which are known to pollute oceans, harm marine life and ultimately find their way into our bodies through the seafood that we eat. (Sumber: https://www.aprayon.com/en/media-english/articles/what-is-sustainable-fashion/).

Serat viscose rayon dari Asia Pacific Rayon (APR) sudah terkenal lama sangat bagus untuk mendukung industri fashion di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sebab sangat berpihak pada lingkungan dan juga mendukung ekonomi hijau di masa mendatang.
APR’s viscose rayon is produced from trees grown on sustainably managed plantations that are independently certified, primarily through international body PEFC. That means that the raw materials are produced with minimal impact on the environment and, as part of our APR2030 Agenda, we’re committed to net zero emissions from land use through vertical integration with primary supplier APRIL, and to halve APR’s product carbon intensity per tonne of viscose production. (Sumber: https://www.aprayon.com/en/media-english/articles/why-viscose-fabric-is-the-future-of-the-fashion-industry/).
Sementara itu, gerakan Paper Upcycling dari Grup APRIL lebih terkonsentrasi pada upaya untuk mendaur ulang kertas ramah lingkungan. Sebagai contohnya kita sebagai konsumen setia PaperOneTM bisa melakukan upcycle PaperOneTM carton boxes menjadi Letter Tray, Magazine Holder, maupun Storage Rack. Ikuti langkah demi langkahnya pada link di bawah ini:
- Letter Tray : https://bit.ly/2kobh1u
- Magazine Holder : https://bit.ly/2kBZc94
- Storage Rack : https://bit.ly/2kkYfBI

Selain itu, gerakan paper upcycling juga berfokus bagaimana proses pembuatan kertas berkelanjutan untuk kepentingan bersama yang lebih ramah lingkungan, serta tidak melakukan praktik-praktik deforestasi yang justru merugikan lingkungan.
Dalam proses pembuatan kertas berkelanjutan, seperti yang dilansir dari situs Aprilasia.com bahwa:
Dengan menerapkan proses produksi sirkuler (circular production process), di mana bahan-bahan yang telah terpakai diolah kembali demi meminimalisir limbah. Proses memasak potongan kayu menghasilkan produk sampingan yang dinamakan black liquor, yang dapat diproses menjadi white liquor dan digunakan dalam proses pengolahan pulp.
Gas berlebih dari proses ini dikumpulkan untuk menghasilkan metanol, sumber energi terbarukan yang digunakan sebagai bahan bakar pabrik kami.
Black liquor juga dapat digunakan di dalam boiler pemulihan sebagai biofuel, bersama kulit kayu dan bahan alami lainnya yang tersisa dari proses produksi. Hal ini memungkinkan kami untuk menghasilkan 79 persen dari seluruh energi yang dibutuhkan dari sumber terbarukan di tahun 2019.
Air juga berperan penting dalam proses pembuatan kertas. APRIL telah berinvestasi pada fasilitas daur ulang dan pemrosesan air yang canggih untuk meminimalisir dampak lingkungan, mendaur ulang 90 persen dari keseluruhan pemakaian air dan mengembalikan 78 persen ke sungai yang dirawat dengan hati-hati.
Bahan pembuatan kertas dan penggunaan serat viscose rayon yang dikelola oleh Grup APRIL ini sudah dipastikan ramah lingkungan dan tentunya sangat bermanfaat bagi industri fashion, design dan manufactur sehingga pada akhirnya akan mendukung gerakan ekonomi sirkular dari hulu hingga ke hilir.
Selanjutnya untuk mendapatkan informasi terbaru tentang dukungan RGE dan Grup APRIL terhadap Sustainable Fashion dan Paper Upcycling, maka kita perlu merujuk ke sumber-sumber berita terkini atau situs web resmi Grup APRIL dan RGE sehingga setiap upaya menuju keberlanjutan adalah langkah yang sangat positif untuk terus didukung, dipantau dan dievaluasi secara bersama.
Seharusnya banyak perusahaan lainnya yang juga turut peduli dengan perubahan iklim atas produksi yang dilakukannya. Saya salut dengan RGE di mana di tiap perusahaan di circle nya menerapkan sustainable living
Yups, bener banget kak, semoga saja RGE dan Grup APRIL tetap konsisten untuk mempertahankan sustainable living yang mereka terapkan dalam bidang industri kertas maupun minyak, dll.
Saya tuh apresiasi setinggi-tingginya buat usaha apa aja yang masih peduli akan lingkungan hidupnya, apalagi kertas kan ya.
Salut banget dengan Paper One, semoga makin banyak usaha yang terus ikut serta membangun ekonomi sirkular nasional dengan gerakan sustainable
Betul banget kak Rey, saya pun begitu selalu support dengan pelaku bisnis yang tetap peduli dengan lingkungan sekitar dan tetap mempertahankan keberlanjutan ekosistem/biodiversity di alam.
senang dengan penerapan ekonomi sirkular yang dilakukan oleh perusahaan, malah bisa dikatakan makin banyak juga ya, karena memang harus memikirkan dampak kedepannya untuk lingkungan ini
Yups bener kak, Royal Golden Eagle (RGE) dan Grup APRIL sama2 konsisten untuk terus menjaga kelestarian lingkungan melalui gerakan sustainable libing, sustainable fashion dan paper upcycling.
Tulisan yg mantap..dan sangat menambah pengetahuan
Makasih mbak Reni atas komentarnya..
Semoga Indonesia memiliki banyak pengusaha yang peduli terhadap lingkungan dan mengembangkan kegiatan ekonomi sirkular. Sehingga dampak dari berbagai hasil pengolahan industri bisa lebih bermanfaat dan ramah lingkungan. Hal ini berbanding lurus dengan keinginan kita semua bahwa pembangunan dan pertumbuhan perlu berwawasan lingkungan
Yups, setuju pak Ikhsan, pengusaha atau pebisnis memang harus peka dengan lingkungan sekitar, sehingga dalam bisnisnya mereka harus tetap peduli dan sayang lingkungan.
Langkah yang dilakukan Grup APRIL ini sangat bagus sekali untuk menunjang kehidupan masa depan bumi yang lebih baik.
Semoga makin banyak perusahaan yang peduli lingkungan dan efek jangka panjangnya menggunakan bahan bahan yang ramah lingkungan agar hidup makin lebih baik lagi
Yups, makasih kak Dian…bener banget….
Keren, gerakan yang sangat perlu didukung untuk keberlanjutan lingkungan sebagai upaya menjaga bumi kita.
Iya kak, gerakan Ekonomi Sirkular dari Grup APRIL emang keren demi bumi yang lebih baik.
Karenanya saya suka kalau ada tutorial atau pelatihan bikin sesuatu yang lebih bermanfaat dari kertas bekas. Bukan dengan menghancurkan menjadi bubur, melainkan mencipta bentuk lain daripada kertas yang sudah tidak digunakan sehingga lebih bermanfaat ya
Yups bener banget kak Okti. Kita bisa melakukan Paper Upcycling pada kertas menjadi barang-barang kerajinan tangan/kreasi seni.
Wah keren banget APRIL Group
Sudah melangkah maju menuju ekonomi sirkular
agar setiap produknya berkelanjutan, enggak sekali pakai trus dibuang…
Yups, bener banget kak, Grup APRIL emang keren dengan sustainable livingnya. Mantapp…
Kertas memang harus di daur ulang agar sampah kertas bisa di pakai dan digunakan kembali. Cara gampang sih . Struk belanja bisa dibuat note atau catatan balanjaan saat mau ke pasar
Bener banget kak, salah satunya kita bosa melakukan upcycling paper, sustainable fashion dan sustainable living dalam kehidupan sehari-hari.
Nah iya, beli fast fashion itu bikin nambah persoalan di bumi. Kalau mau beli produk fashion, beli yang long lasting minimal 300 kali pake deh.
Bener banget kak, beli pakaian atau fashion bisa yang ramah lingkungan, baik dari bahannya juga harganya. Sebaiknya bener memang beli fashion yg bisa dipakai berulang.
Artikel yang lengkap dan jadi pengingat diri…Salut pada RGE dan Grup APRIL yang mendukung ekonomi sirkular nasional melalui gerakan sustainable fashion dan paper upcycling untuk bumi yang lebih baik. Semoga bisa diteladani semua
Makasih kak Dian Restu..iya bener kak, program Sustainable living dari Royal Golden Eagle sangat bagus sekali dan bisa jadi contoh untuk tetap jaga kelestarian lingkungan.
Wahh sekarang lagi gencar-gencarnya ya gerakan ramah lingkungan, karena ini sudah jadi hal penting. Saya sendiri mendukungnya dengan pakai barang-barang ramah lingkungan seperti kertasnya.
Yups..
Bener kak, kita harus menggunakan barang2 ramah lingkungan, sehingga aman untuk lingkungan, lebih ke living sustainable gitu ya….makasih kak komentarnya.
Semua yang kita lakukan berpusat pada ekonomi sirkular dan sustainable fashion, maka akan memberikan kebaikan dan keseimbangan lingkungan. Bersama Gerakan Sustainable Fashion dari Grup APRIL, sama-sama belajar menghargai lingkungan sekitar.
Wah ulasannya luar biasa nih memberikan pengetahuan baru mengenai ekonomi sirkular. Aku juga jadi ikut ngeri nih sampah plastik kresek masih sulit dikendalikan. Paper One udah ramah lingkungan ya, gak salah nih pilih kertas hvs ini buat kerjaan
Yups, Paper One termasuk kertas ramah lingkungan..cocok ramah lingkungan.
Bener banget kak Lendy.Ekonomi sirkular perlu kita terapkan dalam kehidupan.
aksi paper upcycling yang diterapkan RGE ini bagus ya, patut ditiru nih sm perusahaan lain utk menjaga keseimbangan lingkungan
Yups, bener banget kak. Grup APRIL emang perusahaan yang keren dg sustainable livingnya. Bisnis mereka tetap jalan dengan tetap menuju industri hijau…keren…
Semoga banyak perusahaan yang terus ikut serta / peduli membangun ekonomi sirkular nasional. Artikel yang sangat bermanfaat… Siip
Great article
artikel yang sangat bermanfaat, terimakasih sudah berbagi ya kak ;D
Perusahaan yang memiliki komitmen dalam menjalankan bisnisnya.. Go GREEN.
Iya kak, bener banget. Royal Golden Eagle dan Grup APRIL memang perusahaan yang keren dengan konsep sustainable-nya. Patut dicontoh oleh perusahaan lainnya. Terimakasih.
konsep sustainablenya ini lho yang sangat menginspirasi dan harus diterapkan perusahaan lain juga mulai sekarang