1.4.j. Koneksi Antar Materi – Modul 1.4 Kesimpulan dan Refleksi
Dalam artikel di blog saya ini akan dibahas tentang Budaya Positif pada sub bahasan 1.4.j. Koneksi Antar Materi – Modul 1.4 yang pernah dibahas sebelumnya dalam ruang kolaborasi secara daring oleh pengajar praktik pak Chacha dan ibu fasilitator kami yaitu ibu Mutmainah.
Adapun untuk keterkaitan antara modul yaitu sebagai berikut:
- Modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD;
- Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak;
- Modul 1.3 Visi Guru Penggerak;
- Modul 1.4 Budaya Positif.
1. Modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD
Sesuai dengan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah “menuntun” para siswa untuk memenuhi kodratnya dan bukan menuntut siswa sesuai apa yang kita mau.
Menuntun disini maksudnya yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak supaya ke depannya mereka dapat mencapai puncak keselamatan. kesuksesan serta kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia dan anggota masyarakat di daerahnya.
Selain itu, sebagai seorang guru, maka tugas dari pendidikan yang dilaksanakan di sekolah bertujuan juga untuk menghamba pada murid. Maksudnya menghambah pada murid yaitu dalam pelaksanaannya, maka pendidikan haruslah berpihak pada murid dan sesuai dengan potensi, minat, passion, bakat, serta kemampuan anak secara menyeluruh.
Sesuai pemikiran KHD, bahwa seorang pendidik/guru dibaratkan seorang petani. Siswa/murid/peserta didik kita ibaratkan seperti benih dan sekolah ibarat tanahnya. Tugas petani hanya bisa menuntun tumbuhnya benih dengan memberi air, nutrisi (pupuk) serta merawat benih tersebut hingga tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar dan menghasilkan bunga serta buah yang bisa berdampak pada kehidupan makhluk lainnya.
2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Sesuai dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara (KHD), maka sebagai seorang guru tentu harus memiliki nilai dan menjalankan perannya dengan cara menuntun murid agar dapat bertumbuh serta berkembang dengan baik melalui pembelajaran yang berpihak pada murid.
Adapun Nilai dan Peran Guru Penggerak yang dipelajari pada modul 1.2 antara lain sebagai berikut:
- Berpihak pada murid
- Mandiri
- Inovatif
- Kolaboratif
- Reflektif
Adapun untuk Nilai dan Peran Guru Penggerak secara umum yakni menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar rekan sejawat, mewujudkan kepemimpinan murid, serta menggerakkan komunitas praktisi.
3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Untuk mewujudkan perubahan baru ke arah lebih baik, maka diperlukan sebuah visi serta langkah-langkah yang jitu untuk mewujudkan sebuah visi guru penggerak.
Dalam menyusun visi tersebut, maka seorang guru penggerak haruslah tetap berfokus pada pembelajaran yang berpihak pada murid sehingga mereka mampu berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya sehingga mampu mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai tuntutan masanya.
Adapun langkah-langkah untuk mewujudkan visi sebagai guru penggerak, maka langkah yang bisa diambil yaitu dengan menggunakan tahapan Inkuiri Apresiatif melalui tahapan BAGJA :
B: Buat Pertanyaan Utama
A: Ambil Pelajaran
G: Gali Mimpi
J: Jabarkan Rencana
A: Atur Eksekusi
4. Modul 1.4 Budaya Positif
Berdasarkan praktik/implementasi tahapan BAGJA di atas, maka selanjutnya akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif dan berawal dari hal kecil serta dilakukan secara konsisten di sekolah yang biasanya kita kenal sebagai “BUDAYA POSITIF“.
Dengan semua pihak di sekolah (guru, siswa, tata usaha, satpam, karyawan dan seluruh stake holder sekolah) menerapkan BUDAYA POSITIF ini maka ke depannya mampu menimbulkan rasa peduli, tanggungjawab, rasa aman dan nyaman pada setiap proses pembelajaran yang dirasakan secara langsung oleh murid.
Selain itu, diharapkan juga akan muncul atmosfer pembelajaran di sekolah menjadi lebih kondusif dan efektif sehingga visi dan misi di sekolah bisa terwujud dengan baik.
KESIMPULAN ANTAR MATERI PADA MODUL 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4
Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP), maka tugas guru setiap harinya haruslah mampu memahami konteks nilai serta peran sebagai seorang guru penggerak demi mewujudkan visi yang telah dirancang sesuai Filosofi Pemikiran KHD yang berpihak pada murid. Selain itu, sebagai guru penggerak ke depannya mampu mewujudkan peljar sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Sebuah visi mampu tercapai jika bisa terukur, nyata, sistematis dan terencana sesuai harapan. Maka dibutuhkan instrument/pendekatan yaitu Inkuiri Apresiatif dengan Tahapan BAGJA.
Dengan menerapkan BAGJA pada pembentukan prakarsa di sekolah, maka akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif di setiap harinya di sekolah yang kita kenal dengan istilah Budaya Positif.
Budaya Positif mampu mendorong murid, guru dan seluruh stake holder sekolah untuk berpikir, bertindak, serta mampu mencipta murid merdeka, sehingga mampu mencetak murid lebih mandiri, peduli, kreatif dan inovatif, serta bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Sehingga pada akhirnya tujuan pendidikan nasional pun dapat tercapai, yaitu dapat mewujudkan proses pembelajaran merdeka serta terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
PERTANYAAN-PERTANYAAN PEMANTIK:
1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Disiplin Positif: Disiplin positif adalah pendekatan mendidik anak/siswa untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri mereka sehingga bisa bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dengan memiliki motivasi intrisik (dorongan dari dalam diri siswa) bukan karena faktor motivasi ekstrinsik (dorongan dari pihak lain seperti pemaksaan, karena ingin dipuji, mendapatkan pengakuan/validasi orang lain, dan lain sebagainya).
Posisi Kontrol: Meliputi beberapa hal seperti pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan sebagai manajer. Maka saya sendiri lebih memilih sebagai posisi manajer karena lebih berpihak pada murid.
Nilai Kebajikan dan Keyakinan kelas: Nilai kebajikan mempunyai tujuan mulia serta mengacu pada penerapan nilai-nilai dan prinsip mulia yang diyakini setiap orang, termasuk keyakinan kelas merupakan kesepakatan kelas secara general yang dibuat berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati secara kolektif.
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan: Untuk mencegah ketidaknyamanan ataupun hukuman , mendapatkan imbalan serta penghargaan dari orang lain, serta mampu untuk menjadi orang yang sesuai mereka inginkan dan mampu menghargai diri sendiri.
Hukuman dan penghargaan: Hukuman yaitu bentuk pengendalian perilaku seseorang yang sifatnya memaksa dan menyakitkan. Penghargaan yaitu bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu benda atau peristiwa yang dingin. Selain itu, ada sebuah kebutuhan dasar manusia untuk dapat bertahan hidup, memperoleh kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan kebebasan serta kesenangan. Segitiga restitusi meliputi beberapa hal sebagai berikut:
– Mestabilkan identitas;
– Validasi tindakan yang salah;
– Menanyakan keyakinan.
Berikut ini praktek segitiga restitusi yang telah saya coba lakukan bersama siswa saya kelas XI di SMAN 2 Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul 4.1 ini, saya sadar betul bahwa untuk menciptakan budaya positif di kelas/sekolah perlu melibatkan para murid. Dalam penyusunannya perlu mengadaptasi dengan nilai-nilai kebajikan universal yang mereka yakini sehingga tidak menjadi konflik yang tanpa solusi.
Perubahan lain yaitu saya lebih memposisikan diri sebagai manager saat menangani siswa-siswi di sekolah saya, sehingga mereka akan menjadi lebih nyaman tanpa harus disalahkan.
3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya bersama murid saya melakukan kegiatan yairtu menyusun keyakinan kelas yang harus disepakati bersama. Dengan melibatkan murid dalam menyusun keyakinan kelas maka mereka akan menjadi pribadi yang peduli dan lebih bertanggung jawab akan tugasnya.
Pengalaman lainnya saya mencoba mengambil posisi kontrol sebagai MANAJER serta melakukan SEGITIGA RESTITUSI dalam menangani siswa bermasalah di sekolah dan alhamdulillah berhasil tanpa harus menyalahkan murid akan tindakan keliru yang mereka lakukan.
4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut yaitu saya sangat senang dan antusias. Saya juga semakin bersemangat untuk terus melaksanakan budaya positif di kelas dan sekolah.
5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Menurut saya hal baik di kelas dan ekosistem sekolah saya yaitu penerapan disiplin positif, nilai-nilai kebajikan dan menyusun bersama, keyakinan kelas dengan sistem yang menerapkan proses berpihak pada murid.
Adapun hal yang patut diperbaiki yaitu paradigma rekan guru lain yang masih cenderung masih sering berlaku sebagai penghukum serta membuat murid menjadi bersalah. Padahal posisi sebenarnya yang perlu ditingkatkan adalah posisi manager kita sebagai guru yang mampu mengakomodir pembelajaran lebih menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih bahagia.
6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul 1.4 ini, maka saya merasa bahwa selama ini sering memposisikan diri sebagai teman serta sebatas pemantau murid saja. Saya beranggapan demikian karena saya berpikir siswa bisa lebih disiplin akan tetapi justru nyatanya hal ini tidak efektif.
Setelah mempelajari modul ini, saya lebih memposisikan diri sebagai manajer dengan pertimbangan kondisi yang ada di sekolah, maka saya lebih menerapkan segitiga restitusi.
Dengan menerapkan segitiga restitusi, maka perasaan saya lebih senang, tenang dan merasa lebih dihargaai sebagai guru serta mampu menerapkan keyakinan kelas sebagai bagian dari Budaya Positif untuk menciptakan ekosistem sekolah yang lebih kondusif. Pada akhirnya nanti diharapkan para murid pun menjadi lebih mandiri, peduli, bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang mereka lakukan.
7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelumnya saya sendiri merasa pernah menerapkan Segitiga Restitusi tanpa mengetahui penamaan sebagai segitiga restitusi. Saya pun menerapkan segitiga restitusi tanpa tahapan yang benar sehingga dengan mempelajari modul 1.4 ini maka tahapan demi tahapan akan terlaksana.
Saya semakin tahu bahwa dalam Segitiga Restitusi ada beberapa tahapannya yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan untuk mencapai pribadi murid yang sukses secara lahir dan batin.
8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Menurut saya sangatlah penting seorang kepala sekolah, guru maupun siswa dan stake holder sekolah untuk menerapkan budaya positif untuk mewujudkan ekosistem sekolah yang ramah terhadap anak, serta mampu menciptakan suasana kondusif, nyaman dan bahagia demi tumbuh kembang murid menjadi pribadi yang lebih mantap.
Demikianlah pembahasan tentang koneksi antar materi pada modul 1.1, 1.2, 1.3, 1,4, serta kesimpulan dan refleksinya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.