Carl Gustav Jung: Memaknai Kepribadian Introvert dan Ekstrovert
Layaknya manusia kebanyakan, tidaklah kita, termasuk saya adalah makhluk yang tidak sempurna, pastinya masih banyak sisi kelemahan/kekurangan, namun ada juga sisi kelebihannya.
Karakteristik manusia satu dengan yang lainnya juga pastinya berbeda, baik dari sikapnya, cara hidup, dan faktor sosial lainnya. Ini menegaskan bahwa setiap manusia itu dilahirkan unik dan punya ciri khas masing-masing. Jadi perlu kita syukuri dari apa yang sudah kita miliki hingga saat ini.
Berbicara soal karakteristik manusia yang heterogen, pastinya ada sifat dan ciri yang dimiliki masing-masing personal. Ciri ini rupanya akan lekat dengan kehidupan dan juga kepribadian seseorang yang bahkan bisa menghantarkannya untuk menjadi manusia sukses.
Saya sendiri sering kali membaca buku-buku tentang psikologi yang membahasa karakter manusia ditinjau dari kepribadian introvert dan ekstrovert, yang mana keduanya ini mempunyai pembawaan personal yang pastinya berbeda.
Sebenarnya dua kepribadian baik itu introvert dan ekstrovert tidak mudah untuk mempelajarinya, karena jika dijabarkan dalam ilmu psikologi dan biologis alur ceritanya bisa dijelaskan secara ilmiah, ada faktor genetik atau lingkungan sosial yang membentuk kepribadian itu.
Nah, pastinya kita juga perlu tahu siapa inisiator yang membagi kepribadian manusia dalam dua kategori tersebut, yang pastinya kita mengenalnya dengan sebutan Carl Gustav Jung.
Siapa Itu Carl Gustav Jung?
Carl Gustav Jung adalah seorang psikiater dan psikoanalisis asal Swiss. Ia adalah penemu psikologi analitik (atau dengan para pengikutnya yang disebut analisis Jungian).
Psikologi analitik mengasumsikan bahwa pengalaman individu di masa kecilnya sangat penting dalam pengembangan kepribadiannya nanti (di kemudian hari).
Teori-teori Jung selalu berkontribusi signifikan terhadap bidang psikologi dan kesehatan. Jadi saya pikir penting untuk memahami akar istilah itu, termasuk yang berada di belakang teori sebesar itu.
Carl Gustav Jung, Masa Kecil, dan Keluarganya
Pada tanggal 26 Juli 1875, seorang anak dilahirkan dari pasangan Johann Paul Jung dan Emilie Preiswerk Jung, di sebuah kota bernama Keseseswil, sebuah kota kecil di Swiss yang dikenal sebagai cantik dan dikelilingi oleh danau.
Hidup sebagai anak tunggal membuat Jung sering menghabiskan waktu sendirian. Dia jarang punya teman. Dan pada dasarnya, ini lebih cenderung bermain sendiri. Hidupnya menjadi lebih hening ketika ibu harus dirawat di rumah sakit karena masalah psikologisnya di usia Jung yang baru berusia 3 tahun.
Sebagai seorang anak pada umumnya, Jung begitu sendirian, suka bermain dengan imajinasinya sendiri. Di tengah-tengah keadaan hidupnya yang buruk, Jung mengatur boneka patungnya sendiri dan disimpan di kotak pensilnya, lalu dia bawa ke loteng. Di sana, ia sering menulis pesan rahasia menggunakan bahasa rahasianya sendiri. Simbol KK yang hanya dipahami oleh Jung. Patung Starcie, kotak pensil, dan kertas, kemudian menjadi koran dan kebiasaan kecil untuk mencari kedamaian batin.
Masa Remaja Carl Gustav Jung dan Dua Kepribadian
Berjalan-jalan pada masa remaja, Jung kembali ke masalah masa kecilnya. Saat itulah dia berpikir ibunya memiliki 2 kepribadian. Nah, sekarang, si Jung merasakan dua kepribadian. Yups, dia menyebutkan bahwa dia tetap sama. Kepribadian 1 dimana ia lebih obyektif, berani, stabil, percaya diri. Sementara kepribadian 2, di mana ia merasa dikendalikan oleh perasaan dan intuisi sehingga ia menarik diri dari pergaulan luar.
Saat ia berusia 16 hingga 19 tahun, Jung merasa bahwa dia mempunyai 1 kepribadian yang sangat dominan. Di mana ia dapat fokus pada kegiatan sekolah dan karir, serta makin percaya diri. Inilah yang mencari teori Jung yaitu introvert dan ekstrovert. Dalam teorinya tersebut akan saya jelaskan pada akhir tulisan ini.
Masa Kuliah Carl Gustav Jung dan Awal Karirnya
Sejak awal, Jung memiliki minat di bidang arkeologi, tetapi karena keterbatasan keuangan keluarganya, Jung tidak dapat mendaftar konferensi di kampus departemen arkeologisnya, di Universitas Basel.
Pada tahun 1895, akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil spesialisasi dalam kaitannya dengan ilmu alam karena mimpi keduanya ingin membuat penemuan dan teori untuk dunia sains. Akhirnya, ia memilih departemen medis, dan di masa depan ia memiliki minat yang lebih dalam di bidang psikiatrik. Jung pada waktu itu merasakan bidang ini cocok untuknya, di mana psikiatri mempelajari sisi psikologis manusia. Kombinasi biologi dengan ilmu spiritual di era itu.
Setelah lulus dari universitas tepatnya pada tahun 1900, Jung memulai karirnya dengan menjadi asisten psikiatris, Eugene Blleuler di Rumah Sakit Mental Burghotzli di Zurich, Swiss. Ini adalah salah satu rumah sakit pendidikan psikiatris paling bergengsi di dunia. Di sinilah Jung tertarik dan mengeksplorasi hal-hal alam bawah sadar manusia. Melalui Blleuler Eugene inilah yang mempertemukan Jung bersama Freud.
Pertemuannya dengan Freud
Oke, bagi pembaca yang mungkin belum familiar dengan nama Freud. Ngomong-ngomong, Freud ini adalah psikolog terkenal dengan teorinya yaitu psikoanalisis. Salah satu orang yang telah berkontribusi besar di dunia Psikologis.
Jung membaca buku karya Freud yang berjudul “Interpretation of Dreams“. Di sana, Jung, yang tertarik untuk mengulik karya Freud, mempunyai ketertarikan yang sama untuk mengeksplorasi alam bawah sadar manusia. Dia mulai memahami jalan pemikiran Freud untuk menganalisis mimpinya sendiri. Dari persamaan pandangan inilah, akhirnya Jung memberanikan diri untuk berkolaborasi dengan Freud.
Pada tahun 1906, mereka bertemu. Pada pertemuan pertamanya, mereka langsung akrab. Mereka saling menghormati, seperti seorang teman lama yang baru saja bertemu setelah berpisah. Bahkan mereka berbicara dan berdiskusi selama 13 jam tanpa berhenti sampai pagi. Freud jauh lebih tua dari Jung, percaya bahwa Jung adalah orang yang ideal untuk menjadi penggantinya. Akhirnya, Freud menjadikan Jung ketua pertama dari Asosiasi Internasional Psikoanalitik Freud.
Dari persahabatan yang mendasarinya selama 6 tahun, hingga 1912, Jung menerbitkan sebuah karya berjudul “Psikologi Bawah Sadar” yang berisi teori-teori Freud.
Warisan Carl Gustav Jung yang Populer Soal Kepribadian Manusia
Sejak awal, Jung percaya bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki sisi ekstrovert dan introvert di dalam dirinya. Berikut ini penjelasannya.
1. Kepribadian Ekstrovert
Menurut Jung (1921), orang-orang yang memiliki sikap ekstrovert lebih terlibat dalam rangsangan atau stimulus dari luar dirinya. Ini ditandai dengan sikap ekstrovert yang memimpin energi mereka di luar – misalnya: dengan orang lain – dan dapat menjadi energi dari luar. Ekstrovert ini lebih terpengaruh oleh lingkungan eksternal mereka daripada dunia batin mereka sendiri.
Dengan kembali ke masa kecil Jung, ini adalah citra kepribadian No. 1 jung. Sudah mulai berkaitan dengan teori dengan pengalaman Jung? Di mana kepribadian ini digambarkan sebagai orang pragmatis, selalu berorientasi pada dirinya sendiri dan jauh dari subjektivitas (siksaan batinnya sendiri). Jadi, karakteristik orang yang ekstrovert, mereka memiliki kontak yang intens dengan dunia luar mereka.
2. Kepribadian Introvert
Para introvert dijelaskan oleh Jung (1921) sebagai orang yang memfokuskan energi mereka “di dalam”, menuju kegiatan dengan diri mereka sendiri atau disebut aktivasi yang dipantulkan. Jadi, mereka cenderung suka merenung, sibuk dengan aktivitas mereka sendiri, fantasi, imajinasi, impian, dan persepsi mereka sendiri yang padat di kepala.
Kepribadian introvert juga menghargai dunia di luar diri mereka sendiri, tetapi mereka memahaminya dengan lebih selektif tergantung pada pandangan mereka dan mereka lebih reflektif daripada ekstrovert. Kamu juga bisa memahami penjelasan tentang kepribadian introvert dari chanel Youtube Satu Persen di bawah ini:
Berdasarkan isi video youtube Satu Persen di atas, bahwa seseorang tidak perlu khawatir akan dirinya yang mempunyai kepribadian ekstrovert maupun introvert, tinggal bagaimana kita mencharger energi dalam diri kita dengan situasi atau kondisi yang tepat baik saat sendiri maupun saat berada di lingkungan sosial.
Bahkan jika saya melansir dari salah satu artikel di blog Satu Persen, intinya bahwa baik kepribadian introvert maupun ekstrovert semuanya mempunyai sisi kelebihan dan kelemahan masing-masing, jadi tidak bisa disebutkan satu per satunya, karena manusia itu makhluk yang tidak sempurna, pasti ada saja sisi kekurangan pada dirinya, jadi harap dimaklumi.
Btw, jika kalaupun kita melihat pengalaman hidup Jung, kita akan melihat dua sisi kepribadian yang Jung sendiri tidak menyangka akan terjadi pada dirinya. Jung sendiri memiliki kepribadian introvert, yang secara psikologi menggambarkan sisi kepribadian Jung Nomor 2. Secara khusus, fase introvert benar-benar mewarnai kehidupan Jung, seperti krisis di tengah kehidupan di mana Jung memutuskan untuk menyendiri dan bertarung dengan pikirannya.
Lalu, Apa Yang Terjadi di Otak Introvert dan Ekstrovert?
Ternyata cara kerja otak orang dengan kepribadian introvert dan orang-orang ekstrovert sangatlah berbeda, teman.
Christine Fonseca dalam bukunya berjudul: “Quite Kids : Help Your Introverted Child Succeed in an Extroverted World“, menyebutkan bahwa orang-orang yang introvert lebih aktif di berbagai neurotransmitter, yang namanya adalah asetilkolin. Ini mirip dengan dopamin. Ditautkan dengan hal-hal yang sama yang membuat seseorang menjadi bahagia, perbedaannya lebih relatif terhadap diri sendiri, bukan dari luar diri mereka sendiri.
Ini dikaitkan dengan refleksi, pemikiran mendalam dan fokus pada periode yang relatif panjang. Itu juga membuat orang introvert lebih menikmati dengan lingkungan yang tenang tanpa gangguan eksternal, sehingga bisa lebih fokus pada diri mereka sendiri. Misalnya, ketika mereka sedang membaca buku sendirian di dalam ruangan dengan pintu tertutup rapat, well, mereka itu sedang menikmati efek asetilkolin.
Ngomong-ngomong, apakah anda seorang dengan kepribadian ekstrovert atau introvert? Yuk sharing di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih.
Sumber Referensi:
- Akun Youtube Satu Persen, tersedia di https://www.youtube.com/watch?v=Ycs9BYuxmQE&t=283s.
- Lieberman, Mr. D. (1998). IntroverVation and working memory Central direction differences. Personality and individual differences 28 (2000) 479-486.
- https://www.brritannica.com/biography/carl-jung.
- https://www.verywellmind.com/what-is-acetylcholine-2794810.
- https://positivepsychology.com/introversion-extroversion-spectrum/
- https://www.bbc.com/future/article/20130717-What-someone-an-extrovert
#SatuPersenBlogCompetition #HidupSeutuhnya
Artikel mas Wahid sangat keren. Sungguh sebuah pemaparan yang sangat bagus dan menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Silakan disimak yah kawan-kawan tulisan ini.
Makasih mas Suardi atas feedback positifnya.
Waah, lengkap nih artikelnya. Btw, aku tiap tes personalitas hampir cenderung banyakan sisi introver daripada ekstrover. Tapi memang lebih menyukai aktivitas diri sendiri bahkan capek kalau terlalu lama kumpul dengan banyak orang, Kak 😀
Nah tulisan psikologi dan kepribadian ini perlu dikenali dan dipahami ketika berinteraksi dengan sesama
Wah keren banget penjelasannya, pak. Kalo berdasarkan penjelasan tulisan ini, aku termasuk yg introvert. Lebih suka sibuk sendiri daripada sibuk di luar bersama orang yang belum akrab. Tapi kalo sama teman-teman akrab, ya betah juga sih. Mungkin tetep dominan introvert ya, pak..
Wah gpp kak @Sendy kalo punya kepribadian introvert karena itu berarti kita itu terlahir unik dan punya ciri khas tersendiri dibandingkan dengan yang lainnya.
Hai kak, aku termasuk kepribadian yang ekstrovert. Saat ada masalah misalnya,aku lebih nyaman berbagi cerita dengan sahabat yang bisa dipercaya.Minimal beban pikiran berkurang,aku tidak terbiasa menyimpan masalah,he…he…he…
Yups kak, setiap orang pastinya punya kepribadian introvert atau ekstrovert, jadi beda-beda memang. Cuma dari sinilah setiap orang akan terlihat unik.
Beliau mendapat nama Jung dari siapa kah? Apakah dia ada keturunan Asia?
Kalo Mas Wahid sendiri cenderung kemana? Dominan ekstrovert atau introvert? Udah coba ikutan tes di Satu Persen mas?
Kalau saya cenderung ambivert kak, bisa menyesuaikan dengan lingkungan setempat hehe..
saya paling suka ilmu sosial, khususnya psikologi karena itu dulu pingin banget kuliah di jurusan ini
Sayang batal
Jadi untuk pengobat saya sering mantengin channel satu persen, inspiring banget ya?
Iya saya juga suka ilmu psikologi kak, setidaknya bisa tahu tentang kepribadian kita melalui karakter khas dalam kehidupan sehari-hari. Jadi intinya bisa mempelajari diri kita sendiri dan orang lain.
Pengalaman masa kecil memang sangat berpengaruh thd kepribadian seseorang di masa depan. Itulah sebabnya, sebagai orang tua harus paham parenting.
Tiap orang punya sisi kepribadian ekstrovert maupun introvert, itu aku rasakan juga sih… Kadang pingin menyendiri, kadang sangat menikmati kebersamaan bareng teman-teman.
Makasih ya kak Wahid… Artikelnya bagus banget, membuka wawasan ku… Salam kenal ya…
Betul sekali, bagaimanapun juga pengalaman masa kecil seseorang akan mempengaruhi tumbuh kembang mereka di masa yang akan datang.
Perlu juga ini ya kan mengetahui apakah kepribadian kita merupakan introvert atau ekstrovert. Kadang mikirnya saya pun cenderung ke introvert. Jumpa yang ekstrovert eh ikutan juga. Jadi ambivert rasanya.
Hehehe jadi kepribadian ambivert ya kak. 🙂 berarti kita itu kepribadian yang bisa adaptif dengan lingkungan bermain kak.
melihat dari ulasan panjang diatas sekarang aku paham, kalauaku ternyata termasuk kategori introvert.
Gpp kak punya kepribadian introvert, itu sebagai pertanda bahwa kita itu terlahir unik dan berbeda satu sama lainnya.
Kepribadian manusia yang extrovert dan introvert kalau dianya memahami shg bisa dimanfaatkan dengan baik. Seperti Carl Jung yang memanfaatkannya lebih positif lagi untuk dunia psikologi
Yups betul sekali kak, semua manusia itu terlahir unik, jadi apapun jenis kepribadiannya, kita harus tetap berprestasi.
“Mengenal” Jung dan Freud waktu kuliah, karena dapat matkul Pengantar Psikologi, Filsafat, dan Psikologi Komunikasi. Sekadar tau aja sih. Tentang masa kecilnya aku malah baru tau dari tulisan ini. Kisah hidup yang menarik. Btw, aku manusia yang dominan introvert 🙂
Wah keren kak, apapun kepribadian kita baik itu introvert atau ekstrovert nyatanya akan membuat setiap individu itu unik dan punya karakteristiknya masing-masing. Dari sini juga kita bisa belajar atas kebesaran Tuhan sebagai pemilik alam semesta.
Kayak perlu juga nih memahami ilmu yg diberikan oleh carl gustav jung. aku salah satu orang yg memiliki pribadi invtrover. Jadi menarik nih utk lebih paham.
Iya kak, setidaknya kita bisa tahu ilmu psikologi tentang karakter/kepribadian seseorang, sehingga kita akan semakin mudah berteman dengan mereka.
Aku malah lebih kenal beliau gara gara banyak baca buku psikoanalis gitu.. makasih Mas bahasannya jadi lebih tau kepribadian introvert
Iya kak Rizka sama-sama ya, thanks komennya.
Aku introvert sedangkan suamiku ekstrovert..maka kadang kesukaan dan kebiasaan kami bertentangan hahaha. Tapi itulah jadinya saling memahami adalah koentji. Mencerahkan sekali artikel terkait memaknai kepribadian introvert dan ekstrovert ini Makasih, Kak
Yap, berbeda karakter tetap harus satu ya kak.
Antara suami dan istri harus saling memahami. Keren ini artikel.
Betul kak, thanks supportnya.