Wahid Priyono

Teacher

Bloger

Content Creator

Web Designer

Writer

Badminton Lovers

Wahid Priyono

Teacher

Bloger

Content Creator

Web Designer

Writer

Badminton Lovers

#BlogPost

Pembelajaran Abad Ke-21, Seberapa Pentingkah Bagi Guru dan Siswa?

7 April 2023 Edukasi
Pembelajaran Abad Ke-21, Seberapa Pentingkah Bagi Guru dan Siswa?

Era globalisasi mengantarkan umat manusia pada suatu perubahan besar di semua bidang kehidupan. Cepatnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tentu saja mengubah wajah dunia pendidikan untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi ini.

Untuk itu, manusia harus ikut berperan aktif di era globalisasi abad ke-21 ini sehingga mempunyai kemampuan untuk menjawab tuntutan perkembangan zaman.

Globalisasi juga tidak pandang bulu. Globalisasi ikut mewarnai dunia pendidikan di Indonesia. Mau tidak mau guru maupun siswa harus bisa beradaptasi di era globalisasi, sehingga hal ini juga berdampak kepada pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran di abad ke-21 ini lebih menekankan kepada sekolah agar pendekatan pembelajaran bertransformasi dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini perlu dilakukan sebab tuntutan zaman terus dinamis, dimana siswa perlu memiliki kecakapan yang ke depannya dibutuhkan dalam dunia kerja. Kecakapan-kecakapan yang dimaksud antara lain yaitu kecakapan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan berpikir kritis, berjiwa kreatif dan inovatif, kolaborasi, serta kecakapan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis.

Berpikir kritis merupakan proses berpikir tingkat tinggi (Higher  Order Thinking Skill) yang mencakup kemampuan dalam memecahkan masalah (problem solving) serta solusi penyelesaiannya, pengambilan dan mempertimbangkan  keputusan, membujuk, mengevaluasi, menganalisis sebuah asumsi serta mampu melakukan penelitian sesuai kaidah ilmiah. Berpikir kritis bisa dikatakan sebuah kemampuan tingkat tinggi untuk mangajukan pendapat/asumsi dengan cara yang sistematis.

Peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas di abad ke-21 ini juga dituntut untuk menjadi pribadi yang memiliki inovasi dan kreativitas tanpa batas. Siswa kreatif tidak selalu identik dengan yang pintar menggambar atau merangkai sebuah kata di dalam tulisan. Akan tetapi, kreativitas bisa dimaknai sebagai kemampuan berpikir di luar nalar/tidak dipikirkan oleh orang lain (outside the box) sehingga kreativitas yang mereka lakukantanpa dibatasi oleh aturan yang mengikat.

BACAAN LAINNYA:  Tingkatkan Minat Membaca dan Menulis Pada Anak Bersama Kumon Indonesia

Anak-anak dengan kreativitas tinggi tentu saja mampu berpikir serta melihat suatu permasalahan yang ada dari berbagai sudut pandang (perspektif yang berbeda dari manusia pada umumnya). Hasilnya, mereka cenderung memiliki pribadi yang berpikir terbuka dalam menyelesaikan masalah yang ada di sekitarnya.

Memiliki pribadi yang kolaboratif sangat dibutuhkan oleh siswa di abad ke-21 ini. Kolaborasi bisa dimaknai sebagai kemampuan bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama. Aktivitas kolaborasi ini begitu penting diterapkan dalam proses pembelajaran supaya siswa mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapapun dan dalam bidang apapun di kehidupan mereka di masa mendatang.

Saat melakukan kegiatan berkolaborasi dengan orang lain (dalam hal ini teman sebaya), maka secara otomatis siswa akan terus terlatih untuk senantiasa mengembangkan sebuah solusi terbaik yang kemudian nantinya bisa diterima semua orang di dalam kelompoknya.

Konsep kerjasama ini pada akhirnya juga akan mengajak peserta didik untuk belajar membuat kelompok-kelompok tertentu, menyesuaikan diri serta memiliki jiwa kepemimpinan. Tujuan kerjasama ini supaya siswa mampu bekerja efektif dengan orang lain, membangun empati serta bersedia menerima beragam pendapat yang berbeda-beda dalam suatu kerja-kerja kelompok. Manfaat lain dari kerjasama ini siswa menjadi sosok yang bertanggungjawab, menghargai orang lain, peduli dengan sekitarnya, serta mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang memiliki latarbelakang sosial, agama, suku dan budaya yang berbeda-beda.

Selain karakter di atas, siswa di abad ke-21 juga dituntut agar mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Kemampuan berkomunikasi dimaknai sebagai kemampuan siswa dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasannya secara cepat, nyata, jelas, dan efektif.

Keterampilan berkomunikasi setidaknya terdiri atas sejumlah sub-skill, seperti kemampuan berbahasa lisan maupun tertulis yang efektif, memahami konteks tulisan/bahasa yang beragam, serta kemampuan mengoreksi dan menjadi pendengar yang baik.

BACAAN LAINNYA:  LEXO LAB Tempat Belajar Bicara Bahasa Inggris Online Untuk Si Kecil yang Mudah dan Menyenangkan

Dalam konteks komunikasi ini maka siswa perlu menguasai, mengoreksi, membedakan, mengatur, serta memposisikan dirinya dalam membangun komunikasi yang baik dan efektif, baik itu secara lisan, tulisan, maupun dengan berbagai multimedia, dan lain sebagainya. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan hal tersebut dan pastinya harus mampu menggunakan kemampuan berkomunikasi untuk menyampaian gagasan, melakukan diskusi-diskusi kelompok (musyawarah) hingga mampu memecahkan masalah yang ada di dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Selain melihat dari perspektif siswa, maka di abad ke-21 seorang pendidik dalam hal ini guru juga harus mempunyai karakter guru profesional antara lain menjadi pembelajar seumur hidup (Life-long learner) sehingga tidak mudah puas dengan apa yang sudah dimiliki saat ini dari segi keilmuan. Hal ini karena zaman terus berubah dengan cepat dan guru perlu up to date supaya memfasilitasi siswa sesuai kebutuhan mereka.

Guru perlu menjadi sosok yang kreatif dan inovatif, sehingga akan melahirkan siswa yang demikian. Sehingga dalam proses pembelajaran, seorang guru diharapkan perlu memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi sehingga siswa semakin bersemangat dalam belajar.

Mengoptimalkan teknologi dan informasi (IPTEK) dalam pembelajaran perlu dilakukan guru di abad ke-21. Sebab, pembelajaran saat ini tidak lagi bersifat tradisional, maka guru harus memanfaatkan media berbasis digital sesuai karakteristik siswa di sekolah (blended learning).

Selain hal-hal di atas, kecakapan guru di abad ke-21 antara lain kolaboratif, komunikatif, menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna, serta menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa berdasarkan kecakapan, bakat, minat dan passion mereka.

Untuk dapat berhasil melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, maka guru perlu juga menggunakan pendekatan konstruktivisme dan kontekstual, serta mampu menerapan model-model pembelajaran yang cocok di abad ke-21 antara lain yaitu STEM, Dicovery Learning, Inquiry Terbimbing, Blended Learning, Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Collaborative Learning, Flipped Classroom, dan  lain sebagainya.

BACAAN LAINNYA:  Pengertian, Ciri, Kelebihan dan Sintak/Langkah Model Pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) - Pembelajaran Abad Ke-21

Pada akhirnya, jika pendekatan dan model-model pembelajaran yang dilakukan guru cocok dengan karakteristik siswa maka hal ini tentu saja bisa membuat siswa menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, mampu berkolaborasi, berkomunikasi, serta mampu memecahkan permasalahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. 

Taggs:
Write a comment