Tugas 1.1.h. Demonstrasi Kontekstual – Modul 1.1 (Strategi Dalam Mewujudkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara)
Hallo teman-teman pembaca blog saya, masih ingatkah dengan bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara?
Yups, Bapak Ki Hadjar Dewantara atau yang biasa disapa KHD merupakan sosok penting di bidang pendidikan Indonesia.
Beliaulah yang sangat berjasa dalam merevolusi pendidikan yang sifatnya kolonialisme menjadi sistem pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman
Selain itu, cara-cara pendidikan yang diterapkan oleh beliau sifatnya “humanisme”. Humanisme maksudnya yaitu tetap mengajarkan pada jalan yang memiliki perikemanusiaan, beradab, dan sesuai hati nurani yang baik.
Mengenal Sosok Ki Hadjar Dewantara
Mengutip dari situs resmi Radio Republik Indonesia, RRI, bahwa Ki Hadjar Dewantara lahir di Pura Paku Alam, Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Nama aslinya yaitu Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Sepanjang hidupnya Ia dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda, khususnya di bidang pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara menentang kebijakan pemerintah Belanda yang kala itu hanya membolehkan anak-anak keturunan Belanda dan kaum priyayi untuk mengenyam pendidikan sekolah.
Sementara itu, anak-anak pribumi saat itu tidak mendapatkan akses pendidikan sekolah. Hal inilah yang membuat Ki Hadjar Dewantara (KHD) menentang pemerintah Hindia Belanda.
Karena sikap kritisnya inilah, maka Ia bersama dengan 2 rekannya yakni Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo diasingkan ke Belanda. Ketiga tokoh inilah yang dikenal sebagai “Tiga Serangkai“.
Sepulang dari Belanda, Ki Hadjar Dewantara pun mendirikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922.
Mengutip buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya oleh Museum Kebangkitan Nasional Kemdikbud, sejak saat itu pula lahirlah gagasan yang sangat terkenal yakni:
Ki Hadjar Dewantara pun wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya dalam dunia pendidikan, pemerintah Indonesia kemudian menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tahunnya.
Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) Yang Menggugah Filosofi Guru Dalam Mengajar di Kelas
Selama mempelajari modul 1.1 (pada Pendidikan Guru Penggerak) tentang pemikiran KHD dalam bidang pendidikan ternyata saya banyak memperoleh wawasan baru tentang bagaimana tugas seorang guru salah satunya adalah membantu menebalkan siswa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dalam pemikiran KHD, bahwa peserta didik/siswa mempunyai kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam yang dimaksud dapat mencakup karakter, minat, bakat, passion, hobi, serta hal-hal yang berkaitan dengan internal siswa.
Sementara itu, untuk kodrat zaman, yaitu peserta didik/siswa terlahir pada zaman yang berbeda dengan zaman sebelumnya, sehingga dalam konteks mengajar di kelas seorang guru juga harus terus mengikuti perkembangan zaman, termasuk dalam hal IT.
Dalam konteks penerapan di kelas, saya sebagai seorang guru terus mengajarkan siswa untuk berakhlak mulia, melakukan disiplin/pembiasaan positif dan menerapkan kesepakatan kelas, dan lain sebagainya. Pembiasaan positif misalnya bersalaman dengan guru, saling hidup rukun antar teman, masuk kelas tepat waktu, dan lain-lain.
Selain itu, saya juga melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan IT, dan disesuaikan dengan gaya belajar anak dan perkembangan zaman yang menuntut pemanfaatan media pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna. Sehingga pembelajaran di kelas lebih menyenangkan karena sumber dan media pembelajarannya bervariasi.
Pembelajaran siswa di dalam laboratorium dan di luar kelas sering saya lakukan agar siswa juga mendapatkan lebih banyak pengalaman-pengalaman baru.
Demonstrasi Hasil Penerapan Ide/Gagasan Terkait Pemikiran KHD Secara Kontekstual
Sepengetahuan saya dari beberapa literatur bahwa, saat ini kurikulum merdeka yang diterapkan di sekolah-sekolah tetap berkiblat pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD), termasuk kegiatan-kegiatan siswa berupa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
P5 adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Di sekolah saya di SMAN 2 Natar Lampung Selatan, bentuk penguatan P5 siswa secara kontekstual terlihat pada bentuk kegiatan gotong royong siswa berupa kegiatan pemanfaatan limbah plastik atau kertas yang sudah tidak terpakai dibuat menjadi produk fashion.
Selain itu, kegiatan P5 siswa juga berupa pembuatan produk kearifan lokal di daerah sekitar sekolah yaitu pembuatan keripik singkong dengan aneka rasa.
Keripik singkong dibuat oleh siswa karena banyak petani singkong di daerah tersebut dengan hasil panen melimpah. Dengan siswa membuat projek pembuatan keripik singkong ini maka diharapkan siswa mampu mempunyai jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) yang kuat, mampu bergotong royong dengan teman sebaya mereka, mandiri, memiliki jika kreatif dan inovatif dalam pengembangan produk lokal.
Hasil dari pembuatan barang-barang fashion dan keripik singkong beraneka rasa di atas kemudian dipamerkan dan dijual saat gelaran karya P5 siswa saat bagi rapor. Ternyata banyak juga orang tua siswa yang membeli produk keripik singkong tersebut.
Kegiatan gelaran P5 ini pun dihadiri oleh wali murid sebelum mereka mengambil rapor putera-puteri mereka.
Kegiatan-kegiatan P5 yang kami lakukan di sekolah merupakan bentuk implementasi pemikiran-pemikiran KHD. Melalui kegiatan-kegiatan P5 adalah salah satu cermin dari ide/gagasan KHD yaitu bertujuan untuk menebalkan siswa agar semakin menjadi manusia yang berbudi dan bersosial-budaya.
Tantangan Dan Solusi Penerapan Pemikiran KHD Sesuai Dengan Konteks Kelas Dan Sekolah
Sebagai guru pun saya merasakan apa yang dilakukan siswa, semuanya butuh proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pastinya juga ada tantangan-tantangan terrtentu untuk mewujudkan tujuan yang ingin kita capai baik sebagai posisi guru maupun siswa.
Sebagai guru dalam konteks implementasi kegiatan-kegiatan P5 yang menerapkan pemikiran KHD, maka perlunya saya sebagai guru untuk lebih sabar dalam menuntun siswa dalam proses-proses pembuatan produk dari projek P5.
Sebagai contohnya, perlunya kesabaran untuk memberikan waktu siswa berkreasi dengan temannya, perlunya memberikan bimbingan dan pendampingan selama pengerjaan projek (baik projek pembuatan produk fashion dan keripik singkong).
Dan jika ditemui tantangan-tantangan selama pembuatan produk/projek P5, maka kami akan selalu mencari solusi bersama, dengan berkolaborasi pastinya solusi akan ditemukan. Kendala/tantangan akan terasa ringan jika dicari bersama solusinya.
Keren pak,semangat selalu👍
Iya dong bu harus semangat hehe…
Ingat waktu sekolah zaman baheula, ada rasa malu kalo bantu orang tua jualan. Sekarang, anak sekolah bahkan diperkenalkan dengan entrepreneurship. Kemampuan yang dibutuhkan selain wilayah akademis. Keren itu. Guru dan pengampu sekolah juga terus dituntut untuk mengembangkan diri.
Hehe, justru memang sekarang anak2 atau peserta didik dilatih untuk punya jiwa enterpreneurship kak, supaya bekal mereka pasca duduk di bangku sekolah.
Semangat ikut pendidikan guru penggerak pak. Artikelnya bermanfaat.
Terimakasih ibu Dina, semangat juga untuk ibu dkk CGP terutama untuk kelompok kita dengan pembimbing ibu Mutmainah 🥰🥰🥰🥰🥰
ulasan yg sangat komprehensif
luarrr biasa bangett pak guru
semogaaaa bs menjadi inspirasi utk semua guru Indonesia yaaa
Aamiin, makasih bu Nurul.
Ulasan yang sangat menarik dan inspiratif tentang filosofi pendidikan KHD yang diaplikasikan langsung dalam proses pembelajaran
Terimakasih bu Rahmi atas komentar positifnya. 🙏🙏🙏
Luar biasa pak wahid
Makasih bu Siti Yuliana.
Sangat menginspirasi Pak
Sangat menginspirasi Pak, luar biasa.,
Makasih pak Angga.
Benar saja. Saat mengajar, kita memang tidak bisa mengesampingkan tentang kodrat alam dan kodrat jaman.
Anak-anak akan hidup sesuai jamannya. Sehingga, kita harus menyesuaikan.
Tetapi, tidak boleh juga abai dengan menanamkan karakter dan kepribadian yang baik.
Ki Hajar Dewantara benar-benar keren bersama Tiga Serangkai lainnya.
Benar kak, intinya guru harus menghamba pada murid, maksudnya sesuai proses pembelajaran dengan kebutuhan si anak/siswa di kelas. Supaya pembelajaran lebih bermakna, serta membuat anak/siswa menjadi senang dalam belajar.
Intinya – menurut saya – adalah KESEIMBANGAN ya Mas Wahid. Kita harus mengakui bahwa kodrat zaman tuh gak bisa kita elakkan. Tugas kita adalah menyelaraskannya dengan kodrat alam agar anak didik bisa bertumbuh kembang sesuai dengan zamannya tapi tidak melupakan akhlak, moral, dan perilaku yang berkualitas.
Tugas Mas Wahid sungguh mulia. Guru adalah salah satu profesi yang pahalanya terdalam dan terluas. Semoga dengan pengabdian Mas Wahid untuk dunia ini diganjar dengan jutaan manfaat dunia akhirat.
Aamiin ya robalalamiin.. makasih kak doa terbaiknya.
Salut dengan Pak Wahid yang senantiasa melestarikan ajaran Ki Hajar Dewantara. Semoga dengan projek P5 kali ini, siswa bisa makin kreatif dan bergotong-royong.
Yups, makasih kak Adi, iya guru memang perlu berkiblat pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).
oiya salah satu hasil pertanian Lampung yang sangat diandalkan adalah singkong ya?
Di Salatiga ada kampung singkong yang jadi destinasi wisatawan, namanya Singkong Keju, entar saya tulis ya?
Keren deh
Btw, ditunggu ya kak, tulisan kak Maria tentang kampung singkong, saya jadi penasaran. hehe.
Wah, seru sekali acara P5 ini
Anak anak bisa belajar mengaplikasikan nilai nilai dari bapak pendidikan Indonesia ini ya
Yups, bener banget bu Dian 😀
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini bagus bgt loh sebenarnya, cm memang hrs bs kita breakdown dlm sistem pendidikan kita ya dan disesuaikan jg dgn perkembangan zaman skrg
Bener banget kak Shinta, pemikiran KHD relevan dengan perkembangan zaman seperti saat ini, dimana anak2 harus punya budi pekerti luhur, kolaboratif, gotong royong, kerjasama, dll.
Setuju kak guru, pengajaran akhlak perlu untuk terus diterapkan di kelas. Apalagi bisa terinspirasi pula dari Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan dunia pendidikan
Pendidikan harus mengikuti zaman. Pernah dengar kalau sebagai guru harus tahu perkembangan zaman sekarang, agar saat mengajar tidak kaku dan menggunakan metode kuno
Yups, bener banget bu Alif, bahwa pembelajaran di kelas memang harus direlevaankan dengan dunia nyata (kontekstual) supaya anak-anak lebih bersemangat dalam belajar, serta mereka bisa menemukan rasa percaya diri mereka.
Bener banget kak, pembelajaran akhlak memang penting banget ya, supaya anak-anak juga bisa punya bekal akhlak untuk kehidupan mereka sekarang dan masa depan.
Mata pelajaran P5 ini sangat menarik ya, Pak. Bisa membangkitkan kreativitas siswa. Sepertinya pemikiran KHD ini sama dengan fitrah based education ya, Pak?
Iya betul banget bu, pembelajaran siswa dengan P5 ini pastinya sangat menyenangkan bagi anak-anak. Mereka akan mendapatkan pembelajaran secara kontekstual, relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Kodrat alam dan kodrat zaman ini memang mesti dipahami oleh para pendidik ya, jangan sampai acuannya adalah jaman dia sekolah dahulu, tapi harus memiliki pandangan jauh ke depan, bahwa masa kini dan masa yang akan dihadapi anak-anak ke depan pasti berbeda dengan jamannya.
Wah ikut PGP angkatan berapa mas Wahid?
Iya bu, saya Guru Penggerak angkatan ke 11.
Hai Mas Wahid, sudah lama diriku gak mampir ke sini. Seru banget nih baca tentang strategi dalam mewujudkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan. KHD emang ikon penting di dunia pendidikan Indonesia dengan visinya yang revolusioner dari zaman kolonial sampai sekarang. Saya suka cara Mas Wahid mengulas betapa relevannya konsep humanisme dan perjuangan KHD dalam membentuk pendidikan yang beradab dan sesuai hati nurani. Semoga konsep-konsep KHD terus menginspirasi kita dalam mendidik generasi penerus ya, mas!
Hallo mbak Mutia, terimakasih atas komennya yang positif ini.